Malam yang dingin, seakan tiupan angin menusuk kulit tipis ini. Hanya terdengar suara jangkrik nalam telinga. Begitulah suasana tinggal didesa. Desa yan sebagian besar orang mengatakan desa sangat terpencil. “Ngesam” didesa inilah aku dilahirkan dan didesa ini pula aku mulai mengerti begitu pentingnya makna kehidupan didunia ini. Kehidupan yang hanya satu kali terjadi dan mungkin tidak akan pernah terulang kembali. “Icha” begitulah sapaanku. Semenjak aku duduk dibangku SMA, aku tidak lagi menikmati indahnya desa kelahiranku itu. Hampir tiga tahun aku tinggal disebuah kost-kost’an kecil di Jl. Hos. Cokroaminoto Gg. Mandiri. Ditempat inilah aku menjalani hari-hariku selama kurang lebih tiga tahun ini. Aku kost dengan teman sebayaku, “Nana..” begitu panggilan akrabku. Karena kost ku terletak dikota, aku belum begitu mengerti daerah-daerah disekitar kost ku ini. Aku hanyalah gadis desa yang tidak mengerti apa-apa, hidup dikota kecil ini hanya untuk satu tujuan yaitu “Menuntut ilmu….!!!!”. Tapi, tidak seperti yang ku bayangkan. Hidup dikota seakan-akan telah membawa perubahan dalam hidupku. Aku sadar akan perubahan itu, perubahan yang telah membuatku berubah menjadi gadis yang tegar, gadis yang lebih dewasa. Dalam hati bertanya, “Apa itu dewasa…???”, sampai saat ini aku belum mengerti akan makna dewasa. Aku tetap menjadi gadis yang penakut, takut manjalani kehidupan didunia ini. “Hidup ini seakan-akan hanya membuatku menjadi sosok gadis yang sangat bodoh….Mengapa semuanya membodohi diriku…???”. Partanyaan itu yang selalu berada didalam fikiranku selama ini. Aku hanyalah seorang gadis yang mencari jati diri, dan selama ini jati diri tersebut belum juga aku katahui.
Siang itu waktu aku pulang sekolah terdengar Hp-ku berbunyi.
“Thit..thit…” setelah aku buka ternyata ada sms. Aku tidak tau siapa yang sms aku karena nomor tersebut tidak terdaftar dalam kontak Hp-ku. Kala itu aku tidak peduli siapa orang misterius yang sms karena waktu itu aku mempunyai urusan yang sangat penting. Setelah urusanku selesai, aku mulai penasaran siapa sosok misterius tersebut. Aku mulai sms nomor itu,
“siapa disana…???” ujarku dalam sms tersebut.
Dia membalas, “Boleh kenalan nggak….???.
Ternyata sosok itu adalah seorang laki-laki temennya Nana. Setelah lama aku sms-an sama laki-laki itu aku mulai ada rasa yang mungkin itu dinamakan “CINTA……???”. Laki-laki itu bernama “Fahmi”, dia merupakan laki-laki yang bisa mengerti akan diriku. Tidak lama dia aku barhubungan dengan dia. Ternyata dia memiliki perasaan yang sama dengan aku. Yaitu Cinta…??.
Dia mengungkapkan perasaannya kepadaku. Saat itu hatiku sangat bahagia, ketika menjalani hubungan dengan dia, aku sangat yakin kalau dia adalah laki-laki yang bisa menjadi imam dalam hidupku.
Kurang lebih lima bulan aku menjalin hubungan dengan Fahmi, satu per satu masalah mulai muncul. Kesalahan yang awalnya kecil mulai dibesar-besarkan, dan aku yang selalu dianggap salah oleh dia. Kucoba untuk selalu bersabar dan terus mengalah dengan semua sikapmya yang sangat keras dan agois. Tetapi dia tetap tak bisa mengerti pengorbananku selama ini. Tepat pada tanggal 13 oktober dia memutuskan hubungan kami tanpa alasan yang jelas. Aku sangat sakit dan tidak bisa terima dengan keputusannya itu. Dia hanya memutuskan secara sepihak tanpa mengerti akan perasaanku.
Nana berkata padaku, “Jangan terlarut dalam kesedihan, berfikirlah positif dan kejadian yang kita alami pasti ada hikmahnya”.
Dan aku hanya bisa menangis mendengar apa yang dikatakan oleh temanku itu. Aku mulai sadar bahwa apa yang aku lakukan selama ini adalah salah. Aku salah telah menjalin hubungan dengan seorang laki-laki yang ternyata tidak mengerti akan diriku. Kejadian ini tidak hanya pertama kali aku alami. Dan aku tetap tegar dalam mengahadapi hidup ini.
Kamis, 03 Maret 2011
Rabu, 02 Maret 2011
Detik-detik perpisahan
"Seisi rumahku terasa terdiam, diluar riuh angin menyapu dedaunan dipekarangan, gaungan sapi di belakang rumahku menambah suasana pilu dalam keluargaku, sore hari itu aku baru saja dari kota, kumelihat bapakku yang usianya hampir setengah abad dengan keriput yang berlipat-lipat diwajahnya dan rambutnya yang terselingi uban putih di seputaran dahinya. beliau menikmati rokok klobot ditangannya, malam hari langit dipenuhi cahaya bagai permadani hitam ditaburi intan dan berlian memancarkan keindahan karunia Tuhan, begitu mempesona, berlawanan dengan suasana hatiku yang gundah gulana.
“Kau sudah berbenah nak” suara ibuku yang lembut menyadarkan aku, aku harus bersiap untuk ke pesantren meninggalkan keluargaku!, “ya bu aku masih melipat bajuku……”. ”War ingat ya nanti kamu di sana untuk cari ilmu … jadi pinter-pinter cari temen jangan ikut-ikut yang gak bener inget itu…..!. Kata –kata Ibu ditimpali suara bapakku yang serak “Bapak sudah menjual tanah dari almarhum kakekmu untuk biaya sekolahmu jadi jangan buat kami kecewa …!”
Hatiku rasanya tercabik-cabik mendengar kata-kata mereka berdua, air mataku rasanya ingin tumpah, ku lihat mata mereka bak danau cinta dan lautan kasih yang berkilauan, ”Miftakhul Anwar” kulihat namaku diijazah SMP yang kurasa cukup untuk masuk SMK Faforit dikota, cahaya bulan yang tersapu awan menampakkan garis-garis indah bagai tirai-tirai di angkasa, heningnya suasana terpecah oleh seruan Ilahi menebarkan ketenangan hati, tak terasa adzan Isya’ begitu cepat berkumandang. ”War udah nak berkemasnya, ayo sholat dulu… nanti biar ibumu aja yang beresin” gertak bapak mengajakku sholat Isya’.
Seisi rumah terasa sunyi, bunyi detik-detik jam dinding di ruangan solat dan nyanyian hewan – hewan malam hilang ditutupi lantunan ayat-ayat Ilahi. Tanpa tersadar air mataku mengalir mengingat masa-indah bersama orang tuaku. tentang semua yang mereka berikan dan aku tersadar aku belum sedikit pun membalasnya. akhirnya aku hanya mengadu pada Ilahi semoga Ia membalasnya, selesai berdoa aku menatap mata Bapakku yang lelap, dan detik-detik jam dinding mengantarnya pada harapan yang begitu besar didalam hatinya.
Aku mendengar suara Ibu sayup-sayup dari ruang tengah “Nak sudah selesai sholatnya…, cepat istirahat kamu besok kan mau pergi jauh“ saat aku tersadar ku merasakan besarnya perhatian mereka, bagai mentari yang tak lekang menghangatkan cakrawala, akupun beranjak menuju kamarku meskipun mataku terasa berat untuk terpejam.
Tak terasa malam begitu cepat berlalu, kudengar suara berbisik menyentuh telingaku, sayup sayup mataku yang terasa berat menahan kantuk, menatap seraup wajah penuh cinta “Nak bangun subuh yuk….!” Ku takkan bisa melupakan saat –saat seperti ini, pagi yang indah di musim panas, alunan nyanyian burung memecah keheningan malam dan kokok ayam jantan yang slalu membuatku tersenyum menghadapi hari, kulihat jam diruang tengah pukul 05:30 aku siap untuk meninggalkan keluargaku, kulihat Ibu yang terdiam di saping rumah, akupun menghampirinya, ”Bu.. doakan aku yaa.. aku akan kangen banget sama ibu di sana…! Kulihat Ibu meneteskan air mata “Ibu juga, kamu baik-baik ya itu bapakmu sudah menunggu”, Ibuku mengatakannya sambil memelukku aku melepasnya dan dengan langkah pasti aku meninggalkan semuanya untuk meraih cita-cita.
“Kau sudah berbenah nak” suara ibuku yang lembut menyadarkan aku, aku harus bersiap untuk ke pesantren meninggalkan keluargaku!, “ya bu aku masih melipat bajuku……”. ”War ingat ya nanti kamu di sana untuk cari ilmu … jadi pinter-pinter cari temen jangan ikut-ikut yang gak bener inget itu…..!. Kata –kata Ibu ditimpali suara bapakku yang serak “Bapak sudah menjual tanah dari almarhum kakekmu untuk biaya sekolahmu jadi jangan buat kami kecewa …!”
Hatiku rasanya tercabik-cabik mendengar kata-kata mereka berdua, air mataku rasanya ingin tumpah, ku lihat mata mereka bak danau cinta dan lautan kasih yang berkilauan, ”Miftakhul Anwar” kulihat namaku diijazah SMP yang kurasa cukup untuk masuk SMK Faforit dikota, cahaya bulan yang tersapu awan menampakkan garis-garis indah bagai tirai-tirai di angkasa, heningnya suasana terpecah oleh seruan Ilahi menebarkan ketenangan hati, tak terasa adzan Isya’ begitu cepat berkumandang. ”War udah nak berkemasnya, ayo sholat dulu… nanti biar ibumu aja yang beresin” gertak bapak mengajakku sholat Isya’.
Seisi rumah terasa sunyi, bunyi detik-detik jam dinding di ruangan solat dan nyanyian hewan – hewan malam hilang ditutupi lantunan ayat-ayat Ilahi. Tanpa tersadar air mataku mengalir mengingat masa-indah bersama orang tuaku. tentang semua yang mereka berikan dan aku tersadar aku belum sedikit pun membalasnya. akhirnya aku hanya mengadu pada Ilahi semoga Ia membalasnya, selesai berdoa aku menatap mata Bapakku yang lelap, dan detik-detik jam dinding mengantarnya pada harapan yang begitu besar didalam hatinya.
Aku mendengar suara Ibu sayup-sayup dari ruang tengah “Nak sudah selesai sholatnya…, cepat istirahat kamu besok kan mau pergi jauh“ saat aku tersadar ku merasakan besarnya perhatian mereka, bagai mentari yang tak lekang menghangatkan cakrawala, akupun beranjak menuju kamarku meskipun mataku terasa berat untuk terpejam.
Tak terasa malam begitu cepat berlalu, kudengar suara berbisik menyentuh telingaku, sayup sayup mataku yang terasa berat menahan kantuk, menatap seraup wajah penuh cinta “Nak bangun subuh yuk….!” Ku takkan bisa melupakan saat –saat seperti ini, pagi yang indah di musim panas, alunan nyanyian burung memecah keheningan malam dan kokok ayam jantan yang slalu membuatku tersenyum menghadapi hari, kulihat jam diruang tengah pukul 05:30 aku siap untuk meninggalkan keluargaku, kulihat Ibu yang terdiam di saping rumah, akupun menghampirinya, ”Bu.. doakan aku yaa.. aku akan kangen banget sama ibu di sana…! Kulihat Ibu meneteskan air mata “Ibu juga, kamu baik-baik ya itu bapakmu sudah menunggu”, Ibuku mengatakannya sambil memelukku aku melepasnya dan dengan langkah pasti aku meninggalkan semuanya untuk meraih cita-cita.
Ledre In Love
pagi yang indah parto menyusuri jalan menuju kantor dengan motor butut kesayangannya. yah... pagi itu begitu cerah langit saat dia melintasi jalanan pasar yang ramai dan pengap, jalannya dihadang truk sampah yang berjalan lambat di jalan pasar yang sempit dan bau, pengap, debu-debu beterbangan menusuk-nusuk hidung.
sebenarnya dia bosan harus melewati jalan itu untuk sampai di tempat kerjanya, jalan yang sempit, di kanan kiri penjual ayam, bebek, kelinci, membuat jalanan semakin sesak.jalan yang seharusnya hanya satu arah dari timur tapi masih saja banyak yang nerobos dari barat.
parto tak peduli dia menerobos jalan yang sempit, dengan kue ledre besanan bu Mar yang sudah ditunggu sejak kemarin.pagi itu dia berencana mengentarkan karna dia tau bu Mar pasti marah kalau dia kembali telat menagantarkan kue ledre pesanannya, saat dia hampir melewati pertigaan tiba-tiba muncul seorang gadis yang menaiki sepeda poligon biru hendak menyebrang jalan. karena laju motor parto yang amat cepet dia tidak bisa menghindari tabarakan dan Bruak....ban sepeda suparto tepat menabrak roda belakan sepeda milik gadis nahas itu. "heh kamu buta ya! tangan uda melambai juga masih aja ditabrak, kamu bisa bawa motor gak sih?." teriak gadis itu memaki suparto. matanya merah padam begitu geram.
suparto bergegas meminggirkan motornya, dia mengankat dan membetulkan slebor sepeda yang ditabraknya sembari meminta maaf. tukang foto kopi yang berada di tepian jalan tempat kecelakaan mendatangi gadis cantik berambut pirang yang sejak tadi sibuk membersihkan celana jens putih yang dipakainya. lengannya tampak lecet. "kamu gak papa dek?." tanya tukang poto kopi simpati.
"ya Gak papa, tapi itu tu lelaki sialan gak melek kali matanya." suparto mendekati si gadis yang terus menggerutu dan menghinanya. "maaf ya soalnya aku tadi buru buru jadi gak tau pas kamu mau nyerang, tapi kamu gak papa kan."
"gak papa gimana, apa matamu gak melek." si gadis balas memakai dengan mata meloto.
ya udah mbak saya minta maaf, ini ledre saya juga remuk semua gara-gara tertindih motor."
"trus mau kamu apa, apa aku harus ngganti ledre murahanmu itu?."
parto begitu tersinggung dengan kata-kata gadis itu, tapi dia berusaha meredam kemarahannya.
"soal daganganku biarlah gak papa, aku minta maaf aku benar-benar gak sengaja."
"enak banget ya, sudah nabrak orang seenaknya saja cuma bilang maaf."
"Oke terserah kamu, yang penting aku udah minta maaf, maaf aku buru-buru!"
parto kembali meniki motornya, dan dia berlalu meninggalkan gadis itu."
"hei hei....dasar cowok kampungan, gak bermoral.",.... teriak sigadis sambil berkacak pinggang.
bersambung.
sebenarnya dia bosan harus melewati jalan itu untuk sampai di tempat kerjanya, jalan yang sempit, di kanan kiri penjual ayam, bebek, kelinci, membuat jalanan semakin sesak.jalan yang seharusnya hanya satu arah dari timur tapi masih saja banyak yang nerobos dari barat.
parto tak peduli dia menerobos jalan yang sempit, dengan kue ledre besanan bu Mar yang sudah ditunggu sejak kemarin.pagi itu dia berencana mengentarkan karna dia tau bu Mar pasti marah kalau dia kembali telat menagantarkan kue ledre pesanannya, saat dia hampir melewati pertigaan tiba-tiba muncul seorang gadis yang menaiki sepeda poligon biru hendak menyebrang jalan. karena laju motor parto yang amat cepet dia tidak bisa menghindari tabarakan dan Bruak....ban sepeda suparto tepat menabrak roda belakan sepeda milik gadis nahas itu. "heh kamu buta ya! tangan uda melambai juga masih aja ditabrak, kamu bisa bawa motor gak sih?." teriak gadis itu memaki suparto. matanya merah padam begitu geram.
suparto bergegas meminggirkan motornya, dia mengankat dan membetulkan slebor sepeda yang ditabraknya sembari meminta maaf. tukang foto kopi yang berada di tepian jalan tempat kecelakaan mendatangi gadis cantik berambut pirang yang sejak tadi sibuk membersihkan celana jens putih yang dipakainya. lengannya tampak lecet. "kamu gak papa dek?." tanya tukang poto kopi simpati.
"ya Gak papa, tapi itu tu lelaki sialan gak melek kali matanya." suparto mendekati si gadis yang terus menggerutu dan menghinanya. "maaf ya soalnya aku tadi buru buru jadi gak tau pas kamu mau nyerang, tapi kamu gak papa kan."
"gak papa gimana, apa matamu gak melek." si gadis balas memakai dengan mata meloto.
ya udah mbak saya minta maaf, ini ledre saya juga remuk semua gara-gara tertindih motor."
"trus mau kamu apa, apa aku harus ngganti ledre murahanmu itu?."
parto begitu tersinggung dengan kata-kata gadis itu, tapi dia berusaha meredam kemarahannya.
"soal daganganku biarlah gak papa, aku minta maaf aku benar-benar gak sengaja."
"enak banget ya, sudah nabrak orang seenaknya saja cuma bilang maaf."
"Oke terserah kamu, yang penting aku udah minta maaf, maaf aku buru-buru!"
parto kembali meniki motornya, dan dia berlalu meninggalkan gadis itu."
"hei hei....dasar cowok kampungan, gak bermoral.",.... teriak sigadis sambil berkacak pinggang.
bersambung.
Langganan:
Postingan (Atom)