Pages

Sabtu, 16 Februari 2013

MAKALAH FONOLOGI


Fonologi Bahasa Indonesia

19MEI
FONOLOGI BAHASA INDONESIA
Konsonan oral, contohnya adalah semua konsonan selain pada konsonan nasal.
BAB II : Pengaruh Bunyi Bahasa
PENGARUH DAN PEMENGARUH BUNYI BAHASA
A. Proses Asimilai
Proses asimilasi adalah pengaruh yang mempengaruhi bunyi tanpa mempengaruhi identitas fonem dan terbatas pada asimilasi fonetis saja. Berdasarkan arah pengaruh bunyinya, proses asimilasi dibedakan menjadi :
a. Asimilasi Progresif
b. Asimilasi Regresif
B. Artikulasi penyerta
Proses pengaruh bunyi yang disebabkan oleh artikulasi ini dibedakan menjadi :
a. Labialisasi, yaitu pembulatan bibir pada artikulasi primer sehingga terdengar binyi semi-vokal [w] pada bunyi utama tersebut. Misalnya, bunyi [t] pada kata tujuan terdengar sebagai bunyi [tw].
b. Retrofleksi, yaitu penarikan ujung lidah ke belakang pada artikulasi primer, sehingga terdengar bunyi [r] pada bunyi utama. Misalnya, [kr] dari bunyi [k] pada kata kardus.
c. Palatalisasi, yaitu pengangkatan daun lidah ke arah langhit-langit keras pada artikulasi primer. Misalny bunyi [p] pada kata piara terdengarsebagai [py].
d. Velarisasi, yaitu pengangkatan pangkal lidah ke arah langit-langit lunak pada artikulasi primer. Misalnya, bunyi [m] pada kata mahluk terdengar sebagai [mx].
e. Glotalisasi, yaitu proses penyerta hambatan pada glottis atau glottis tertutup rapat sewaktu artikulasi primer diucapkan. Vokal dalam bahasa Indonesia sering diglotalisasi. Misalnya, bunyi [o] pada kata obat terdengar sebagai [?o].
C. Pengaruh bunyi karena distribusi
Pengaruh bunyi karena distribusi menimbulkan proses-proses sebagai berikut :
a. Aspirasi, yaitu pengucapan suatu bunyi disertai dengan hembusan keluarnya udara dengan kuat sehingga terdengar bunyi [h]. Misalnya, konsonan letup bersuara [b,d,j,g] terdengar sebagai [bh,dh,jh,gh].
d. Pelepasan, yaitu pengucapan bunyi hambat letup yang seharusnya dihambat tetapi tidak dihambat dan dengan serentak bunyi berikutnya diucapkan. Pelepasan dibedakan menjadi tiga, yaitu :
- Lepas tajam atau lepas penuh
- Lepas nasal
- Lepas sampingan
- Pemgafrikatan.
D. Kehomorganan
Kehomorganan yaitu konsonan yang mempiunyai sifat khusus. Terdapat dua jenis kehomorganan, yaitu :
a. Kehomorganan penuh
b. Kehomorganan sebagian
TRANSKRIPSI BUNYI BAHASA
Transkripsi adalah penulisan tuturan atau perubahan teks dengan tujuan untuk menyarankan lafal bunyi, fonem, morfem atau tulisan sesuai dengan ejaan yang berlaku dalam suatu bahasa yang menjadi sasarannya. Transkripsi dibedakan menjadi.
a. Transkripsi fonetis, yaitu penulisan pengubahan menurut bunyi. Tanda […]
b. Transkripsi fonemis, yaitu penulisan pengubahan bahasa menurut fonem. Tanda /…/
c. Transkripsi morfemis, yaitu penulisan pengubahan menurut morfem. Tanda {…}
d. Transkripsi ortografis, yaitu penulisan pengubahan menurut huruf atau ejaan bahasa yang menjadi tujuannya. Tanda
Transliterasi adalah penggantian huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain tanpa menghiraukan lafal bunyi kata yang bersankutan. Misalnya, transliterasi dari aksara jawa dialihkan ke huruf abjad latin.
BUNYI SUPRASEGMENTAL
Ciri-ciri bumyi suprasegmental antara lain :
a. Jangka, yaitu panjang pendeknya bunyi yang diucapkan. Tanda […]
b. Tekanan, yaitu penonjolan suku kata dengan memperpanjang pengucapan, meninggikan nada dan memperbesar intensitas tenaga dalam pengucapan suku kata tersebut.
c. Jeda atau sendi, yaitu ciri berhentinya pengucapan bunyi. Sendi dibedakan menjadi:
a. Sendi tambah
b. Sendi tunggal (/)
c. Sendi rangkap (//)
d. Sendi kepang rangkap (#)
d. Intonasi dan ritme
Intonasi adalah cirri suprasegmental yang berhubungan dengan naik turunnya nada dalam pelafalan kalimat
Ritme adalah cirri suprasegmental yang br\erhubungan dengan pola pemberian tekanan pada kata dalam kalimat.
BAB III : FONEMIK : KAJIAN FONEM
PENGERTIAN DAN PENGENALAN FONEM
A. PENGERTIAN FONEM DAN FONEMISASI
Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna.
Fonemisasi adalah usaha untuk menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan makna tersebut.
B. PENGENALAN FONEM
Dalam mengenalui fonem terdapat beberapa pokok pikiran umum yang disebut premis-premis fonologis. Berdasarka nsifat umumnya premis-premis bahasa tersebut adalah sebagai berikut :
a. Bunyi bahasa mempunyai kencenderungan untuk dipengaruhi oleh lingkungannya.
b. Sistem bunyi mempunyai kecenderungan bersifat simetris.
c. Bunyi-bunyi bahasa yangsecara fonetis mirip harus digolongkan ke dalam kelas-kelas bunyi (fonem) yang berbeda, apabila terdapat pertentangan di dalam lingkungan yang sama.
d. Bunyi-bunyi yang secara fonetis mirip dan terdapat di dalam distribusi yang komplementer, harus dimasukkan ke dalam kelas-kelas bunyi (fonem) yang sama.
C. BEBAN FUNGSIONAL FONEM
Dalam kajian fonologi sering dipaparkan beban fungsional dari oposisi fonemis tertentu. Beban oposisi rendah terdapat pada bunyi /p/ dan /f/ pada katakapan dan kafan, sedangkan beban oposisi tinggi terdapat pada bunyi /k/ dan /g/ pada kata gita dan kita.
REALISASI DAN VARIASI FONEM
A. REALISASI FONEM
Realisasi fonem adalah pengungkapan sebenarnya dari ciri atau satuan fonologis, yaitu fonem menjadi bunyi bahasa
1. Realisasi vokal
Berdasarkan pembentukannya, realisasi fonem vokal dibedakan sebagai berikut :
a. Fonem /i/ adalah vokal tinggi-depan-tak bulat.
b. Fonem /u/ adalah vokal atas-belakang-bulat.
c. Fonem /e/ adalah vokal sedang-depan-bulat.
d. Fonem // adalah vokal sedang-tangah-bulat.
e. Fonem /o/ adalah vokal sedang-belakang-bulat
f. Fonem /a/ adalah vokal rendah-tengah-bulat.
2. Realisasi konsonan
Berdasarkan cara pembentukannya, realisasi fonem konsonan dibedakan sebagai berikut :
a. Konsonan hambat
b. Konsonan Frikatif
c. konsonan getar-alveolar
d. konsonan lateral-alveolar
e. konsonan nasal
f. semi-vokal .
B. VARIASI FONEM
Variasi fonem ditentukan oleh lingkungan dalam distribusi yang komplementer disebut variasi alofonis. Variasi fonem yang tidak membedakan bentuk dan arti kata disebut alofon.
a. Alofon vokal
- Alofon fonem /i/, yaitu
[i] jika terdapat pada suku kata terbuka. Misalnya, [bibi] /bibi/
[I] jika terdapat pada suku kata tertutup. Misalnya, [karIb] /karib/
[Iy] palatalisasi jika diikuti oleh vokal [aou]. [kiyos] /kios/
[ϊ] nasalisasi jika diikuti oleh nasal. [ϊndah] /indah/
- Alofon fonem /ε/, yaitu
[e] jika terdapat pada suku kata terbuka dan tidak diikuti oleh suku kata yang
mengandung alofon [ε]. Misalnya, [sore] /sore/
[ε] jika terdapat pada tempat-tempat lain. Misalnya, [pεsta]/pesta/
[] jika terdapat pada posisi suku kata terbuka. [pta]/peta/
[] jika terdapat pada posisi suku kata tertutup. [sentr]/senter/
- Alofon fonem /o/, yaitu
[o] jika terdapat pada suku kata akhir terbuka. [soto]/soto/
[] jika terdapat pada posisi lain. [jebls]/jeblos/
- Alofon fonem /a/, yaitu
[a] jika terdapat pada semua posisi suku kata.
[aku]/aku, [sabtu]/sabtu/
- Alofon fonem /u/, yaitu
[u] jika terdapat pada posisi suku kata terbuka.
[aku]/aku/, [buka]/buka/
[U] jika terdapat pada suku kata tertutup.
[ampUn]/ampun/, [kumpul]/kumpul/
[uw] labialisasi jika diikuti oleh[I,,a].
[buwih]/buih/, [kuwe]/kue/
b. Alofon konsonan
- fonem /p/
[p] bunyi lepas jika diikuti vocal.
[pipi]/pipi/, [sapi]/sapi/
[p>] bunyi tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup.
[atap>]/atap/, [balap>]/balap/
[b] bunyi lepas jika diikuti oleh vocal.
[babi]/babi/, [babu]/babu/
[p>] bunyi taklepas jika terdapat pada suku kata tertutup, namun berubah lagi menjadi [b] jika diikuti lagi vokal.
[adap>]/adab/, [jawap>]/jawab/
- Fonem /t/
[t] bunyi lepas jika diikutu oleh vokal.
[tanam]/tanam/, [tusuk]/tusuk/
[t>] bunyi tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup.
[lompat>]/lompat/,[sakit>]/sakit/
[d] bunyi lepas jika diikuti vocal.
[duta]/duta/, [dadu]/dadu/
[t>] bunyi hambat-dental-tak bersuara dan tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup atau pada akhir kata.
[abat>]/abad/,[murtat>]/murtad/
- Fonem /k/
[k] bunyi lepas jika terdapat pada awal suku kata.
[kala]/kala/, [kelam]/kelam/
[k>] bunyi tak lepas jika tedapat pada tengah kata dan diikuti konsonan lain.
[pak>sa]/paksa/, [sik>sa]/siksa/
[?] bunyi hambat glottal jika terdapat pada akhir kata.
[tida?]/tidak/, [ana?]/anak/
- Fonem /g/
[g] bunyi lepas jika diikuti glottal.
[gagah]/gagah/, [gula]/gula/
[k>] bunyi hambat-velar-tak bersuara dan lepas jika terdapat di akhir kata.
[beduk>]/bedug/,[gudek>]/gudeg/
- Fonem /c/
[c] bunyi lepas jika diikuti vocal.
[cari]/cari/, [cacing]/cacing/
- Fonem /j/
[j] bunyi lepas jika diikuti vocal.
[juga]/juga/, [jadi]/jadi/
- Fonem /f/
[j] jika terdapat pada posisi sebelum dan sesudah vocal.
[fakir]/fakir/, [fitri]/fitri/
- Fonem /p/
[p] bunyi konsonan hambat-bilabial-tak bersuara
[piker]/piker/, [hapal]/hapal/
- Fonem /z/
[z] [zat]/zat/, [izin]-/izin/
- Fonem /š/
[š] umumnya terdapat di awal dan akhir kata
[šarat]/syarat/, [araš]/arasy/
- Fonem /x/
[x] berada di awal dan akhir suku kata.
[xas]/khas/, [xusus]/khusus/
- Fonem /h/
[h] bunyi tak bersuara jika terdapat di awal dan akhir suku kata.
[hasil]/hasil, [hujan]/hujan/
[H] jika berada di tengah kata
[taHu]/tahu/, [laHan]/lahan/
- Fonem /m/
[m] berada di awal dan akhir suku kata
[masuk]/masuk/, [makan]/makan/
- Fonem /n/
[n] berada di awal dan akhir suku kata.
[nakal]/nakal/, [nasib]/nasib/
- Fonem /ň/
[ň] berada di awal suku kata
[baňak]/banyak/, [buňi]/bunyi/
- Fonem /Ƞ/
[Ƞ] berada di awal dan akhir suku kata.
[Ƞarai]/ngarai/, [paȠkal]/pangkal/
- Fonem /r/
[r] berada di awal dan akhir suku kata, kadang-kadang bervariasi dengan bunyi getar uvular [R].
[raja] atau [Raja]/raja/, [karya] atau [kaRya]/karya/
- Fonem /l/
[l] berada di awal dan akhir suku kata.
[lama]/lama/, [palsu]/palsu/
- Fonem /w/
[w] merupakan konsonan jika terdapat di awal suku kata dan semi vocal pada
akhir suku kata.
[waktu]/waktu/, [wujud]/wujud/
- Fonem /y/
[y] merupakan konsonan jika terdapat di awal suku kata dan semi vocal pada
akhir suku kata.
[santay]/santai/, [ramai]/ramai/
GEJALA FONOLOGIS
A. NETRALISASI DAN ARKIFONEM
Netralisasi adalah alternasi fonem akibat pengaruh lingkungan atau pembatalan perbedaan minimal fonem pada posisi tertentu. Alternasi fonem adalah perubahan fonem menjadi fonem lain tanpa membedakan makna. Adanya bunyi /t/ pada akhir lafal kata [babat] untuk /babad/ adalah hasil netralisasi.
Arkifonem adalah golongan fonem yang kehilangan kontraspada posisi tertentu dan biasa dilambangkan dengan huruf besar seperti/D/ yang memiliki alternasi atau varian fonem /t/ dan fonem /d/ pada kata [babat] untuk /babad/ .
B. PELEPASAN FONEM DAN KONTRAKSI
Pelepasan bunyi adalah hilangnaya bunyi atau fonem pada awal, tangah dan akhir sebuah kata tanpa mengubah makna. Contoh : /tetapi/ menjadi /tapi/.
Pelepasan dibagi menjadi tiga, yaitu
a. Aferesis, yaitu pelepasan fonem pada awal kata.
/tetapi/ menjadi /tapi/, /baharu/ menjadi /baru/
b. Sinkope, yaitu pelepasan fonem pada tengah kata.
/silahkan/ menjadi /silakan/, /dahulu/ menjadi /dulu/
c. Apokope, yaitu pelepasan fonem pada akhir kata.
/president/ menjadi /president/, /standard/ menjadi /standar/
Jenis pelepasan bunyi yang lain adalah haplologi ,yaitu pemendekan pada sebuah kata karena penghilangan suatu bunyi atau suku kata pada pengucapannya. Misalnya : tidak ada menjadi tiada, bagaimana menjadi gimana.
C. DISIMILASI
Disimilasi adalah perubahan bentuk kata karena salah satu dari dua buah fonem yang sama diganti dengan fonem yang lain. Contoh disimilasi :
a. Disimilasi sinkronis
Contohnya : ber + ajar belajar. Fonem /r/ pada awalan ber- diubah menjadi /l/.
b. Disimilasi diakronis
Contohnya : kata cipta berasal dari bahasa Sansekerta yaitu citta. Jadi terdapat perubahan dari fonem /tt/ menjadi /pt/.
D. METATESIS
Dalam proses metatesis yang diubah adalah urutan fonem-fonem tertentu yang biasanya terdapat bersama dengan bentuk asli, sehingga ada variasi bebas. Misalnya, jalur menjadi lajur, almari menjadi lemari.
E. PENAMBAHAN FONEM
Berdasarkan letaknya, penambahan fonem dibedakan menjadi :
a. Protesis, yaitu penambahan fonem di awal kata.
b. Epentesis, yaitu penambahan fonem di tengah kata.
c. Paragoge, yaitu penambahan fonem di akhir kata.
BAB IV : FONOTAKTIK BAHASA INDONESIA
FONOTAKTIK DAN DISTRIBUSI FONEM
A. Fonotaktik
Fonotaktik adalah bidang fonologi atau fonemik yang mengatur tentang penjejeran fonem dalam kata. Contohnya, kata pertandingan memiliki 12 fonem. Jejeran fonem dari kata tersebut adalah /p,e,r,t,a,n,d,i,n,g,a,n/.
B. Distribusi Fonem
Distribusi fonem adalah bagian yang membahas posisi fonem apakah fonem tersebut terletak pada bagian awal,tengah atau akhir dalam sebuah kata.
1. Distribusi Vokal
Distribusi vokal lebih lanjut dijelaskan melalui tabel pada bab sebelumnya.
2. Distribusi Konsonan
Distribusi konsonan lebih lanjut dijelaskan melalui tabel pada bab sebelumnya.
DERETAN FONEM ,DIFTONG DAN GUGUS
A. Deretan Fonem
1. Deretan vokal
Deretan vokal lebih lanjut dijelaskan melalui tabel pada bab sebelumnya.
2. Deretan konsonan
Deretan konsonan lebih lanjut dijelaskan melalui tabel pada bab sebelumnya.
a). Penambahan fonem adalah gejala bahasa yang prosesnya menambahkan fonem pada suatu kata, jenisnya adalah sebagai berikut:
(1). Protesis adalah proses suatu kata mendapat tambahan satu fonem pada awal kata (penambahan fonem di depan), contohnya adalah kata :
rak, mengalami protesis menjadi erak (tempat untuk menyimpan peralatan dapur dan erak (letak).
lang =elang mas, menjadi emas
smara = asmara stri, menjadi istri
(2). Epentesis adalah proses suatu kata mendapat tambahan suatu fonem atau lebih di tengah-tengah kata(penambahan fonem di tengah).contohnya adalah :
kapak menjadi kampak (alat untuk memotong kayu) dan kampak (minyak gosok merk kapak)
(3). Paragoge (penambahan fonem di belakang), contohnya adalah :
gaji menjadi gajih (bayaran; upah) dan gajih (lemak).
b). Penghilangan fonem adalah penghilangan sebuah fonem dari suatu kata, jenisnya ialah sebagai berikut:
(1). Aferesis adalah proses suatu kata kehilangan satu atau lebih fonem pada awal katanya. (penghilangan fonem di depan), contohnya seperti berikut ini:
(a). Haus → aus (dahaga atau ingin minum air)
aus → susut karena sering dipakai.
(b). Hasta → asta (ukuran sepanjang lengan bawah dari siku ke ujung jari tengah)
asta → delapan
(2). Sinkop adalah proses suatu kata kehilangan satu fonem atau lebih di tengah-tengah kata tersebut. (penghilangan fonem di tengah), contohnya adalah kata :
basa (istilah dalam kimia) dengan basa (semula bahasa) yang atinya bunyi yang dikeluarkan alat ucap manusia untuk berkomunikasi.
(3). Apokop adalah proses suatu kata kehilangan suatu fonem pada akhir kata(penghilangan fonem di belakang), contohnya adalah kata akas (tangkas; sehat) dengan akas (semula akasa) yang artinya langit.