Pages

Kamis, 05 Januari 2012

Makalah PGRI



Oleh : Agung Budiono

BAB I

Peran Penting Guru Anggota PGRI dalam Peningkatan Mutu Pendidikan

Kemajuan dunia pendidikan di tentukan oleh segenap pemangku pendidikan. Pendidiakan bukan urusan semata belaka melainkan semua pihak harus peduli, ada kesadaran dari partisipasi dan akhirnya ada tangung jawab dari semua pihak untuk membangun dunia pendidikan berkualitas ( Musaheri : 2007)

Dalam membangun dunia pendidikan dewasa ini, memerlukan berbagai elemen yang mendukungnya. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan sangat diperlukan dalam era globalisasi saat ini. Dengan adanya pendidikan yang baik dan benar, secara langsung kita telah mempersiapkan generasi masa depan yang yang cemerlang dan kehidupan yang layak.

Dalam pendidikan, yang paling ditekankan adalah prosesnya, karena pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan yang berlangsung dari diri peserta didik karena itu pendidikan sangat menekankan pada proses, maka sebagai pendidik kita harus mengetahui bahwa tumpuan utama pendidikan ada pada pendidikan dan peserta didik.

Pendidikan merupakan proses pendewasaan bagi anak didik dan sebagai media pengembangan segenap potensi yang dimiliki sehingga pada akhirnya anak didik mampu mewujudkan cita-cita yang diinginkan. Dalam proses pendidikan Peserta didik sangat memerlukan pertolongan dari seorang guru dalam bentuk bimbingan, pembalajaran atau pelatihan supaya rohaninya (fikir, rasa, karsa, cipta dan budi nurani) berkembang dan jasmaninya (fisik dan panca indra) tumbuh sehat. Disitulah urgensi keberadaan guru sangat dipentingkan.

Kunci sukses pembelajaran adalah dengan menempatkan peserta didik sebagai subjek, bukan objek pembelajaran. Pembelajaran bisa efektif bila menempatkan peserta didik sebagai pusat kegiatannya. Sedangkan guru menghargai dan menghormati masing-masing pribadi peserta didik, keunikan, kemampuan dan potensi belajar mereka. Penerimaan apa adanya akan menciptakan suasana yang merdeka dan nyaman, sehingga dapat membangun relasi pribadi dengan guru dan temannya secara bebas dan terbuka. Mereka akan selalu jujur mengekspresikan apa yang dirasakan di dalam hati dan mengutarakan gagasan yang ada dalam pikirannya. Yang pada akhirnya proses pembelajaran betul-betul mampu mengejawantahkan tujuan hakiki dari pendidikan yakni memanusiakan manusia. Atau dalam bahasa yang berbeda bisa membentuk manusia seutuhnya.

Guru harus mampu dan memiliki kepekaan menangkap kata-kata dan bagaimana cara mengatakannya sehingga mudah dimengerti oleh peserta didik. Disinilah diperlukan kreatifitas dan kemampuan agar betul-betul bisa berbuat sesuai kebutuhan anak didik. Akan menjadi mala petaka pendidikan jika tuntutan tersebut tidak bisa dipenuhi oleh seorang guru. Dan dengan sendirinya apa yang menjadi pesan yang harus disampaikan oleh guru tidak tersampaikan.

Dalam hal ini Guru tidak sekedar mendengarkan kata-kata yang terucap, tetapi juga yang secara non verbal maksudnya ketika mendengarkan sikap guru tidak mengadili, namun sungguh menempatkan diri sebagai pendengar yang baik. Guru juga harus melaksanakan 4 kompetensinya diantaranya kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan professional.

Guru sebagai tenaga inti kependidikan memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan potensi peserta didik secara maksimal dan membangun pertumbuhan yang dapat menunjang perkembangan peserta didik. Dengan demikian, guru harus memiliki modal dasar penting dalam mengarahkan peserta didik untuk mencapai yang diharapkan baik perkembangan ranah afektif, kognetif dan psikomotoriknya..

Dalam upaya mewujudkan hal tersebutlah peranan PGRI sebagai organisasi yang menghimpun para guru diperlukan. PGRI dituntut bisa mengikuti perkembagan terbaru dalam pendidikan. Sehingga dengan demikian PGRI lebih mudah untuk melahirkan program-program yang sesuai dengan tuntutan masa kini. Yakni tuntutan pendidikan di bawah gebrakan globalisasi dengan segala dinamikanya.

Artinya dalam konteks kekinian PGRI dituntut mampu menyusun program-program yang dapat membantu meningkatkan kemampuan guru dalam segala aspek. Mulai dari kamampuan secara intelektual maupun kamampuan-kemampuan yang lain yang bisa menambah kecakapan guru. Sebab dengan demikian sebagai organisasi guru, PGRI akan mampu mambantu meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.

Hal ini merupakan tugas penting PGRI sebagai organisasi guru dalam menyiapkan guru-guru masa depan. Yakni guru yang betul-betul mampu menjadi tumpuan dalam proses pembelajaran. Sebab masih diyakini bahwa proses pendidikan sangat ditentukan oleh keberadaan seorang guru. Maka dalam melakukan proses tersebut profesionalisme seorang guru menjadi prasyarat wajib menuju pendidikan yang bermutu, pendidikan yang berkualitas. Yang pada akhirnya juga akan mampu menyiapkan kader-kader yang berkualitas dan siap berdialektika dengan segala tuntutan keadaan baik yang dihadapi maupun akan diihadapi..

Jawaban Soal hal 31-32

1. Manfaat dan keuntungan dengan keterlibatan masyarakat profesi dalam pendidikan

- dalam meningkatkan kualitas dunia pendidikan tentunya memerlukan adanya dukungan dari berbagai pihak salah satunya adalah masyarakat profesi yang bergerak dan intent dalam dunia pendidikan. Salah satu elemen dari masyarakat profesi adalah oganisasi profesi yakni PGRI (persatuan guru republik indonesia) yang mempunyai peran strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan dengan fokus perhatian pada peningkatan profesionalisme guru disertai kesejahteraan yang ada melalui bimbingan, pelatihan dan pengembangan mutu. Dengan terciptanya profesionalitas pada guru maka sudah dipastikan guru tersebut mempunyai kompetensi dan kredibilitas tinggi dalam meningkatkan mutu pendidikan saat ini. Karena bagaimanapun guru merupakan salah satu ujung tombak dari dunia pendidikan. Selain dari pada itu :

- proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancar

- pembangunan nasional akan segera tercapai / terlaksana

- akan tercipta suasana baru yang lebih berkreasi dan mengedepankan kehidupan yang cara berfikirnya masih lawas.

2. kerugian dan dampak yang ditimbulkan dengan tidak adanya keterlibatan masyarakat profesi dalam pendidikan

- masyarakat Indonesia tidak akan pernah maju karena mudah terpengaruh oleh hal-hal yang berbau negatif terutama masalah moral yang semakin hari moral masyarakat Indonesia sangatlah memprihatinkan.

- Pergaulan bebas, yang saat ini sudah menjadi lumrah bagi masyarakat Indonesia bukan hanya bagi anak-anak remaja tetapi bagi orang-orang yang sebenarnya sudah tidak lazim lagi (orang yang lebih tua dari kita) mereka tidak pernah berfikir apakah yang mereka lakukan sudah benar/ sangatlah pantas untuk dilakukan, ini sangat berpengaruh sekali terhadap terhadap generasi penerus bangsa yang juga bisa menghambat terlaksananya pembangunan nasional.

- Menurunnya minat / keinginan untuk menuntut ilmu, yang sangat menunjang masa depan kita dan sangat berpengaruh terhadap berkembangnya bangsa Indonesia.

3. manfaat yang bisa dipetik jika guru dan calon guru menguasai dan mendalami pengetahuan ke-PGRI-an

- mengetahui sejarah dan kiprah PGRI

- mengetahui struktur dan gambaran besar mengenai organisasi pgri

- sebagai langkah awal dalam mengevaluasi diri akan kekurangan pada dirinya

- sebagau bekal awal dalam meningkatkan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru.

- Sebagai wadah / tempat menuangkan ide – ide kreatif

- pembangunan nasional akan segera terlaksana / tercapai.

- Proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancer karena kedua belah pihak sudah memahami dan mengerti tentang materi yang akan disampaikan.

- Tidak akan ada kebodohan yang merajalela dinegara kita, karena semuanya sudah cerdas, jadi tidak mudah dibohongi oleh orang lain.

4. kegunaan dari keterlibatan guru jika menjadi anggota PGRI serta kaitannya dengan 4 kompetensi guru.

- dapat menciptakan PGRI yang fungsional terutama terhadap tuntutan perubahan dan dapat menjawab tantangan yang dihadapi oleh guru yang pada gilirannya PGRI menjadi organisasi yang dibutuhkan guru dan tenaga kependidikan lainnya serta berwibawa dan disegani bagi organisasi lain yang peduli untuk kemajuan pendidikan.

- Membantu guru dalam kesulitan dalam banyak hal, mulai memperjuangkan kesejahteraan dan juga meningkatkan kemampuan melalui program yang ada

-

BAB II

Guru Menjalankan Sikap Profesionalisme Sesuai Sifat PGRI

Kompleksitas permasalahan pendidikan membuat segenap pelaku pendidiikan bekerja ekstra dan saling berkompetisi dalam memberikan kontribusinya terhadap pendidikan sebagai bentuk pengabdiannya dalam menentukan arah pendidikan kedepan. Dedikasi, krtedibilitas, komitmen dan kompetensi serta sikap profesionalisme dibutuhkan dalam memperbaiki, mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan.

Dalam sebuah proses pendidikan, guru menjadi penentu keberhasilan. Keberadaan guru akan sangat penting untuk memberikan perbaikan, khususnya dalam proses pembelajaran. Dari situlah kemudian profesionalisme menjadi wajib dimiliki oleh seorang guru dalam mengemban amanah mulia tersebut. Sebab hanya dengan demikian, proses pendidikan akan mencapai cita-cita luhur yang memang menjadi keinginan para pendahulunya. Sikap profesionalisme seorang guru tidak hanya diperlukan di lingkup persekolahan di perlukan dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Serta sebagai bentuk unjuk prestasi baik di tingkat regional, nasional maupun internasional.

Organisasi PGRI merupakan wadah tempat berhimpunnya segenap guru dan tenaga kepandidikan lainnya sebagai organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan yang berdasarkan asas pancasila/ manipol.

PGRI sebagai organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan adalah bersifat unitaristik tanpa memandang perbedaan ijazah, tempat kerja, kedudukan, suku, agama dan asal usul. Disamping itu PGRI juga bersifat independen dan tidak berplitik praktis yang bisa menghancurkan organisasi.

berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki PGRI tersebut sehingga sangtlah patut seorang guru sebagaii ujung tombank dari aktifitas pendidikan diharapkan bahkan harus mampu menjalankan atau bersikap profesional sesuai dengan sifat yang dimiliki oleh PGRI itu sendiri dalam meningkatkan mutu pendidikan persekolahan.

Guru merupakan profesi bidang pendidikan. Suatu profesi memiliki ciri spesifik. Menurut surya (1999) mengidentifikasikan karakteristik guru professional tinjau dari sudut pandang siswa, orang tua serta ditinjau dari sudut pandang pemerintah, masyarakat dan budaya. Dari sudut pandang siswa guru profesional adalah guru berkualitas yang memiliki penampilan sedemikian rupa sebagai sumber motivasi dan inspirasi belajar yang menyenangkan bagi anak didiknya sehingga tercipta kretifitas. Pada umumnya siswa mengharapkan guru memiliki sifat-sifat yang ideal sebagai sumber keteladanan, bersikap murah dan penuh kasih sayang, penyabar, mengeuasai berbagai model pembelajaran sehingga proses belajar tidak menjenuhkan dan siswa tidak merasa bosan karena kekayaan metode yang dimiliki sang guru.

Dari sudut pandang orang tua siswa guru profesional adalah pribadi yang diharapkan dapat menjadi mitra pendidikan bagi anak-anak yang akan dididik. Orang tua berharap agar guru dapat menggantikan peran orang tua di sekolah sehingga dapat melengkapi, menambah, memperbaiki pola-pola pendidikan di dalam keluarga. Itulah sebuah harapan besar yang dimiliki oleh orang tua anak didik terhadap guru. Dan dengan demikian guru senantiasa akan mampu menjalankan fungsinya sebagai mana mestinya. Oleh sebab itulah akan terjadi sinergisitas dan simbiosis motualisme antara orang tua murid dengan guru. Yang itu semua akan sangat membantu dalam proses pendidikan.

Dengan memandang posisinya sebagai tenaga utama dalam kependidikan, dipundak gurulah peran sentral kemajuan pendidikan dipercayakan. Peran dan tanggung jawab guru sangat vital dalam membawa peningkatan mutu pendidikan dimana proses pembelajaran, didikan, bimbingan dan pelatihan yang diberikan guru menjadi penentu dalam mengantar kesuksesan anak didik sebagai penerus masa depan bangsa. dengan kata lain guru juga menjadi penentu terhadap kemajuan bangsa.

jika dilihat dari pentingnya posisi guru dalam pendidikan.Dengan demikian, maka jalan utama untuk mensukseskan pendidikan adalah peningkatkan kualitas dan profesionalisme guru, hanya pada guru professional sebagai tenaga profesi dalam bidang pendidikan yang dapat menjalankan tugasnya dalam membangun mutu pendidikan .

sebagai bentuk intropeksi diri bagi seorang guru akan pertanyaan “ apakah saya adalah guru profesional? “. Seorang guru harus memenuhi persyaratan sebagai guru profesional. Kualifikasi kompetensi profesional guru (bidang tugas profesi guru) dimulai dari memiliki pengetahuan, kecakapan, keterampilan dan sikap yang mantap sehingga mampu mengelola proses belajar mengajar secara tepat. Selain itu seorang guru juga harus memiliki pengetahuan, kecakapan, keterampilan dan sikap pembaharuan, juga memiliki visi keguruan yang mantap dan luas perspekifnya. Dengan demikian seorang guru akan mampu melakukan proses pembelajaran dengan baik. Dan itu juga merupakan cita-cita yang dinginkan dalam PGRI itu sendiri.

Jawaban latihan soal 44-45

Alasan yang mendasari PGRI berupaya menjadi organisasi yang dinamis, mandiri dan berwibawa yakni untuk menghadapi tantangan era globalobalisasi serta ingin memperjuangkan hak guru untuk melaksanakan kewajiban meningkatkan profesionalisme serta mengangkat harkat dan martabat guru.
Kaitan misi nasional PGRI dan misi profesionalis PGRI keduanya saling mendukung dan saling bnerkaitan yakni ingin mewujudkan guru profesionalis dengan hak dan martabatnya yang tujuannya untuk mempertakankan, mengisi dan mawujudkan cita-cita profesionelis sehingga guru terse but mampu memberikan bahan ajar yang baik kepada peserta didik dan mampu memilki 4 kompetensi yang harus dimilki oleh seorang guru atau pendidik.
Kaitannya dengan misi kesejahteraan PGRI adalah misi kesejahteraan PGRI mamberikan dorongan dan berusaha meningkatkan kesejahtaraan guru sebagai dasar awal memotifasi guru dalam menjalankan kipran secara profesional tanggung jawab dan akhirnya maningkatkan kedudukannya, wibawa, harkat dan martabat guru sebagai petugas PGRI dalam pendidikan.
Maksud dari misi jati diri PGRI diatas kaitannya dengan misi pembangunan nasional PGRI adalah misi jati diri PGRI ingin mewujudkan dan mensukseskan pembangunan nasional melalui aktif mambangun bangsa, medan pengabdian PGRI dengan cara mempertinggi kasadaran, kamauan dan mutu profesi guru dan demi meningkatkan kasehteraan guru anggota PGRI.

BAB III

PGRI dan Dinamikanya pada Masa Reformasi

Mengawali kiprah yang ditandai adanya perubahan orde senantiasa mewarnai iklim ditubuh PGRI. Pergantian orde dari orde baru menuju orde lama terus berjalan ke era reformasi. Pergartian yang di tandai dengan lengsernya orang nomor 1 di indonesia dan telah memegang kendali pemerintahan selama 32 tahun yakni presiden soeharto atas dasar demokrasi merupakan suatu wujud ditandainya orde yang penuh demokratis yakni era reformasi

Era reformasi merupakan suatu kurun waktu yang ditandai dengan berbagai perubahan untuk membentuk suatu keseluruhan tatanan baru yang lebih baik. Era reformasi ditandai dengan runtuhnya sebuah rezim orde baru yang otoriter. Yang dengan sifat otoriternya maka sistem pemerintahannya sentralistik, termasuk juga dalam bidang pendidikan yang sangat memusat. Setelah orde baru tumbang maka perubahan menjadi pilihan pembangunan bangsa. Dan era perubahan itulah yang dikenal era reformasi. Perubahan dalam reformasi dilakukan secara konsepsional dan konstitusional dengan strategi dan program yang lebih efektif dalam suasana madani.

Perjuangan PGRI pada masa reformasi ini meliputi bidang keorganisasian, kesejehteraan, ketenagakerjaan, perundang-undangan, reformasi pendidikan nasional serta kemitraan nasional dan interbasional. Pada masa sekarang ini masih banyak pula pihak yang memandang PGRI hanya sebagai aspek tertentu yang sempit dalam bentuk serpihan-serpihan yang tidak terpadu dan dilandasi oleh kepentingan tertentu sebagai akibatnya banyak berkembang persepsi yang kurang baik terhadap PGRI dan ini sudah banyak benimbulkan berbagai hal yang kurang menguntungkan bagi PGRI dan terutama pada anggotanya.

Seperti yang kita ketahui dalam pasal (4) Anggaran Dasar(AD) PGRI dijelaskan bahwa PGRI merupakan organisasi nasional yang bersifat unitaristik (mewadahi semua guru tanpa memandang ijazah, tempat bekerja, kedudukan dll) independen (PGRI berlandaskan pada prinsip-prinsip kemandirian organisasi dengan mengutamakan mitra kesejajaran) non politik praktis (tidak terikat/ mengikatkan diri pada kekuatan organisasi atau partai politik manapun) kesejahteraan guru merupakan inti dari keseluruhan perjuangan PGRI.

Dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan pendidikan nasional, PB, PGRI ikut berperan serta secara aktif dengan memberikan masukan pada pemerintah agar berbagai agenda reformasi yang sedang dan akan dilaksanakan dapat terwujud dengan tepat sasaran. Salah satu komponen yang sering dijadikan sasaran penyebab menurunnya mutu pendidikan yaitu kurikulum. Kritikan yang cukup tajam terhadap kurikulum antara lain materinya terlalu padat, tidak sesuai dengan kebutuhan bahkan merepotkan guru dalam menjalankan civitasnya dibidang akademik..

Upaya reformasi pendidikan pada sistem nasional hanya akan terwujud apabila guru mendapat tempat yang sentral dan menjadi prioritas utama. Sehubungan dengan itu, PGRI menekankan agar masalah guru pada era reformasi pada pendidikan nasional PGRI diharapkan mendapat perhatian dan prioritas utama mengingat peranan guru yang fundamental. Sebab dengan demikian perbaikan dalam dunia pendidikan akan terwujud. Persoalan pelik dalam pendidikan, yakni persoalan mutu dengan sendirinya juga akan teratasi. Namun jika itu tidak terpenuhi, maka keberadaan dunia pendidikan tidak akan pernah menjadi baik. Masalah mutu, yang sekarang menjadi persoalan yang paling krusial dalam pendidikan juga sulit untuk teratasi.

Pada era reformasi, di tubuh pgri juga mengalami perubahan yakni dengan melakukan penyesuaian AD/ ART organisasi dan sesuai dengan tantangan dan tuntutan reformasi yang ditandai dengan kongres ke XVIII dibandung. Selain dari pada itu perubahan sebagai organisasi yang mampu beradaptasi dan mewujudkan dirinya sebagai the learnig organization (organisasi pembelajar).

Itulah sekilas gambaran tentang kiprah PGRi dan dinamikanya sampai pada era reformasi. Meski tidak bisa terdiskripsikan secara utuh, namun paling tidak itu juga bisa memberikan kontribusi pemahaman. Sebab saat ini keberadaan guru memang masih memprihatinkan yang imbasnya pendidikan juga sudah mulai menurun. Maka pada masa yang seperti ini kontribusi pemikiran, kajian, dan diskusi tentang persoalan pendidikan, termasuk juga PGRI sebagai organisasi guru dalam rangka mencari solusi yang lebih baik bagi masa depan pendidikan bangsa kita. Dan tentu apa yang menjadi malasah dalam dunia pendidikan seperti dijelaskan di atas juga harus dipikirkan oleh PGRI. Harus diakui itu juga merupakan tantangan masa depan PGRI.

Jawaban Soal hal 66

1. Nilai-nilai positif PGHB dalam memajukan guru

- Dengan sifat organisasi yang unitaristik memungkinkan setiap elemen boleh menjadi anggota PGHD mulai dari guru bantu sampai penilik sekolah tanpa memandang strata dan jenjang pendidikannya.

- Memperjuangkan nasib para anggotanya yang memiliki pangkat, strata dan latar belakang yang berbeda

- dengan adanya PGHB keinginan para guru dapat terakomodir (tertampung)

- mempererat tali persaudaraan antar guru

- guru lebih mudah dalam memperjuangkan hak-haknya

Nilai-nilai negatif Nilai-nilai positif PGHB

- Tidak mampu mengimbangi konsisi sosial dan politik pada saat itu

- memicu adanya perpecahan dikalangan guru.

2. Dasar motifasi berdirinya PGRI dan tujuan yang ingin dicapai pada saat PGRI baru didirikan.

- menyatukan perpecahan diantara kelompok guru dan bersatu untuk mengisi kemerdekaan dengan tujuan mempertahankan dan menyempurnakan RI, mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan serta membela hak dan nasib buruh umumnya dan guru pada khususnya.

3. perjalanan politik PGRI saat demokrasi terpimpin

perjalanan politik pgri saat pestra demokrasi tidaklah berjalan seperti yang diharapkan. Politik yang tidak sehat sepertihalnya politik adu domba kerap kali mewarnai suasana pada saat kongres IX dan kongres IX.

Pada kongres ke IX PGRI di surabaya pada tahun 1959. soebandri dkk. Meluncurkan politik adudombanya terutama saat pemiliah ketua umum. Meskipun pada akhirnya politik tersebut tidak berhasil. Politik serupa juga dilanjacarkan pada kongres ke x di gelora bungkarno jakarta 1962. ambisi untuk menduduki kursi ketua umum PB PGRI membuat soebandri dkk menghalalkan segala cara untuk merobohkan lawan politiknya.

Politik kotor soebandri seperti membuat dan mengedarkan selebaran yang menuding ME. Subiadinata adalah anti manipol/ pancasila. Namun politik tersebut tidak dan ME.subiadinata terpilih untuk menjadi ketua umum PB PGRI dan menetapkan pancasila sebagai Usdek dasar PGRI.

4. Segi positif dan negatif dengan PGRI melibatkan diri pada politik praktis.

segi positif

- menyatukan semua guru didalam satu wadah organisasi guru yaitu PGRI

- memperjuangkan agar PGRI menjadi organisasi guru yang tidak banyak bersifat unitaristik, tetapi juga independent dan non partai politik.

- Membersihkan dunia pendidikan Indonesia dari unsure-unsur PKI

Segi negatif

- PGRI dianggap terlalau dekat dengan TNI angkatan darat sehingga muncul serangan yang berupa tulisan

- PGRI dianggap berafiliasi dengan salah satu kelompok sehingga orang yang merasa di luar kelompoknya enggan untuk masuk

BAB IV

Meningkatkan Konsolidasi PGRI Melalui Forum Organisasi PGRI

Organisasi merupakan gambaran sistem kerjasama dari PGRI. Organisasi PGRI merupakan suatu wadah berhimpunnya segenap guru serta tenaga pendidik yang lainnya yang menjadikan pancasila sebagai pedoman bangsa indonesia. Keanggotaan yang ada di PGRI yaitu warga negara indonesia yang dengan suka rela mengajukan permohonan menjadi anggota dan memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam anggaran dasar rumah tangga (AD/ART) serta mempunyai kewajiban untuk menjunjung tinggi nama dan harkat martabat organisasi serta mematuhi kode etik dalam bersikap dan perilaku yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas yang harus mempunyai disiplin diri dan rasa tangghung jawab yang tinggi dalam meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan.

Selain itu keanggotaan PGRI juga memilki hak bicara atau hak yang diberikan kepada anggota untuj mengeluarkan gagasan atau ide-iede baru untuk meningkatkan organisasi. Adanya hak suara atau dengan kata lain hak yang diberikan kepada anggota dalam rangka memilih, seperti contoh misalnhya anghota PGRI dapat memilih denagn cara memberikan hak suara serta adanya hak membela diri dan hak dipilih. Selain itu juga anggota PGRI mempunyai keawajiban untuk mensukseskan organisasi yaitu dengan salah satuya malalui membayar iuran, disiplin dan selalu mengikuti kegiatan dalam organisasi PGRI serta mentaati peraturan yang tercantum dalam organisasi.

Dalam melakukan konsolidasi atau perbuatan yang memperkuat organisasi PGRI untuk mempertanggung jawabkan kagaiatan yang dilakukan serta mengevaluasi kinerja pengurus, memilih pengurus dalam rangka kederisasi dan menyusun berbagai perogram untuk kegitan selanjutnya dilakukan dalam forum organisasi, salah satu contoh forum yang terdapat dalam organisasi PGRI meliputi kongres, konfrensi, rapat anggaran dan rapat pengurus dan lain-lain, yanag dilaksanakan dari tingkat pusat sampai dengan ranting. Para anggota yang telah dipilih menjadi pengurus organisasi harus siap melaksanakan segala progran yang telah direncakan oleh organisasi. Dalam hal ini, kepengurusan PGRI dipilih dalam lima tahun sekali melalui suatu kongres, dengan ketentuan dan syarat-syarat yang telah ditentukan. Forum PGRI diadakan tiap tiga bulan sekali uuntuk rapat PGRI, pertemuan ini bertujuan sebagai wadah pertemuan atau silaturrahim antara pengurus dan anggota sehingga dapat terjalin komonikasi satu dengan yanag lainnya.

Anak lembaga PGRI merupakan suatu instansi pengembangan dari induk lembaga PGRI, terbantuknya forum ini sebagai anak lembaga yakni dalam rangka menagani suatu persoalan khusus yang terjadi dalam organisasi yang disebut perkumpulan pembina lembaga pendidikan PGRI (PPLP), kerna PGRI memilki tugas yakni menangani pendirian, pembinaan pengembangan dan melindungi serta menangani peermasalahan dalam PGRI.

Dalam meningkatkan konsolidasi melalui forum organisasi kita dapat mempersatukan anggota PGRI salah satunya dengan sistem informasi dan komonikasi yang bermanfaat dapat memberikan gambaran aktifitas organisasi pada masing-masing kepengurusan, serta pengalaman suatu pengurus dan dapat memperoleh berbagai informasi khususnya berbagai jenis kegiatan yanag telah dilaksanakan oleh berbagai jenjang lainnya, selain itu konsolidasi juga dapat menimbulkan rasa saling dorong yang sifatnya konstruktif antar jajaran sehingga menimbulkan kesamaan persepsi, threaded suatu hal sehingga dalam pengambilan keputusan dapat lebih mudah.

Adakannya pertemuan PGRI dalam suatu forum dapat menginformasikan secara langsung barbagai kebijakan terbaru dalam dunia pendidikan. Dan hal tersebut juga akan bisa menjadi ajang untuk bertukar ide, gagasan dan pikiran dari semua kalangan pemikir yang ada di PGRI. Sebab dengan demikian solusi-solusi cerdas tentang pendidikan juga akan muncul guna menjawab semua problem pendidikan.

Jawaban Soal hal 76-77

1. Kepengurusan pgri dari tingkat pusat sampai ranting menjalin komonikasi secara vertikal dan hoarizontal yakni dilakukan dari pengurus besar PGRI, turun ke PGRI provensi dan ke kabupaten/kota, sampai pada jajaran ranting PGRI atau sebaliknya. Komonikasi secara diagonal adalah jalinan informasi dan komonikasi PGRI dengan badan dan anak lembaga PGRI serta lembaga konsultasi dan bantuan hukum PGRI dalam memeratakan informasi dan komonikasi. Manfaat adanay komonikasi dalam PGRI mempercepat mengimformasikan berbagai kebijakan terbaru secara cepat ketingkat yang paling bawah sehingga terjalin ikatan secara struktural dan kultural dalam PGRI.

2. manfaat Lembaga Bantuan Hukum dalam PGRI dalam kaitannya dengan UU No. 14 Th.2005 tentang Guru dan Dosen yakni adanya pembelaan hukum terhadap anggota PGRI yang menghadap masalah dengan hukum serta pengaduan hukum dari anggota PGRI dapat ditampung bahkan dilakukan pembelaan, agar Guru dan Dosen tidak mudah disepelekan dan dilecehkan secara hukum.

3. Adanya jalinan komonikasi PGRI kaitannya dengan nilai kekeluargaan PGRI adalah agar jajaran pengurus dari tingkat pusat sampai tingkat bawah dapat lebih cepat menginformasikan barbagai kebijakan terbaru dan dapat mempererat hubungan antar anggota PGRI agar saling menhenal sehingga terjalin ikatan struktural dan kultural yang serempak dalam PGRI.

4. misi yang dimaksut adalah sebagai lembaga pendidikan PGRI yang mengemban perjuangan, aspirasi dan jati diri organisasi induknya dengan upayanya mengembangkan pendidikan dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi demi memajukan kepentingan pembangunan nasional.

BAB V

PGRI Berjuang Meningkatkan Profesionalisme Guru

Profesi guru pada sat ini masih banyak diperbincangkan oleh khalayak ramai, baik dari kalangan pakar pendidikan baik diluar pakar pendidikan. Bahkan selama dasawarsa terakhir ini hampir setiap hari, media massa khususnya media cetak baik harian maupun mingguan memuat berita tentang guru. Ironisnya banyak yang cenderaung melecehkan posisi guru.

Masyarakat/ orang tua siswa pun kadang – kadang mencemooh dan menuding guru tidak kompeten, tidak berkualitas dan sebagainya. Manakala putra / putrinya tidak bisa menyelesaikan persolan yang dihadapinya atau memiliki kemampuan tidak sesuai dengan keinginannya.

Sikap dan perilaku masyarakat tersebut memang bukan tanpa alasan. Memang sebagian kecil oknum guru yang menyimpang dari kode etiknya. Anehnya lagi kesalahan sekecil apa pun yang diperbuat guru memancing reaksi yang begitu hebat dimasyarakat. Hal ini dapt dimaklumi karena dengan adanya sikap demikian menunjukkan bahwa memang guru seyogyanya menjadi anutan dari masyarakat.

Sebetulnya berbagai permasalahan yang terjadi tidak seharus guru yang dijadikan sebagai kambing hitamnya akan tetapi masyarakat harus mamu memandang lebih luas akan persoalan yang terjadi.

Salah satu komponen yang sering dijadikan sasaran penyebab menurunnya mutu pendidikan ialah kurikulum dan saat ini mulai diterapkan kurikulum berbasis kompotens dan kopentsi tingkat satuan pendidikani maksudnya kurikulum sebagai rujukan pengalaman belajar yang diarahkan bagi tercapainya penguasan kompotensi. Dalan hal ini diperlukan sekurang-kurangnya lima pemain yang dapat menentukan maju mundurnya mutu pendidikan. Diantarnay masyarakat lokal, orang tua, beserta didik, Negara dan pengelola profesional pendidikan.

`Denagan posisinya sebagai tenaga utama kependidikan, dipundak gurulah peran sentral kemajuan pendidikan dipercayakan. Dengan posisinya digarda terdepan yang bersentuhan langsung dengan peserta didik, pern dan tanggung jawab guru sungguh fital dalam membawa peningkatan mutu pendidikan. Sebagai pelaku utama yang berada dilini terdepan dalam proses pembelajaran, maka didikan, bimbingan dan pelatihan yang diberikan guru kepad peserta didik menjadi penentu dalam menghantar kesuksesan pendidikan.

Jalan utama untuk mensukseskan pendidikan adalah meningkatkan kualitas profesionalisme guru dan hanya pada guru prfesional sebagai tenaga profesi dalam bidang pedidikan yang dapat menjalankan tugasnya membangun mutu pendidikan dengan lingkup tugasnya yang demikian ditengah tuntutan tugas yang terus berkembang sejalan dinamika perkembangan iptek, dan kian kian kiatnya harapan terhadap pemenuhan kebutuhan untuk membentuk kompetensi peserta didik, maka hanya guru yang memiliki kompeten profesional yang dapat menerjemahkan dan mewujudkan harapan peningkatan kualitas pendidikan. Pintu kerbang untuk melahirkn sosok guru profesional tersebut berada dipundak lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK).

kompetensi profesional guru ditunjukkan pula oleh kemampuan guru dalam megembangkan materi studi yang diajarkan dalam bentuk penelitian dan secara nyata menghasilkan karya-karya produktif sepreti penulisan bahan ajar, termasuk menulis buku yang berkaitan dengan meteri yang diajarkan. Materi yang dikuasai bukan hanya sekedar materi ajar yang di ajarka sekolah sesuai sabaran dalam kurikulum sekolah, melainkan pula materi yang memayunginya. Dengan menguasai materi yang memayunginya, maka diharapkan guru akan mampu menjelaskan materi ajar dengan baik, dengan ilustrasi jelas dan landasan yang mapan, dan dapat memberikan contoh yang kontekstual. Di samping itu, dikuasai pula struktur keilmuan dari bidang keahliannya.

Dengan meningkatkan dedikasi, loyalitas dan profesionalisme guru akan memilki dampak positif terhadap kinerja dan prestasi guru. Pada akhirnya juga akan berdampak pada peningkatkan kualitas sebagai kontribusinya dalam kegiatan pembangunan bangsa. Prestasi kerja guru ini sangat penting karena merupakan wujud dari harkat dan martabat guru yang mulia dalam mengabdi pada kemanusiaan dan kesetiaan pada bangasa dan Negara.

Selain itu mimang harus diakui bahwa dalam proses membangun sebuah bangsa kontribusi pemikiran menjadi modal utama. Makanya pembangunan SDM menjadi hal penting dalam proses tersebut. Dan dalam melakukan hal tersebut kegiatan yang terorganisir menjadi penting dilakukan dalam mempermudah menjcapai apa yang dinginkan. Termasuk oleh seorang guru, sabagai salah satu pilar penting dalam pendidikan.

Dalam proses tersebut PGRI-lah sebagai salah satu organisasi guru yang tepat untuk menjadi media dalam melakukan proses. Sebab peningkatan profesionalisme guru juga merupakan cita-cita luhur yang juga diperjuangkan oleh PGRI. Melalui program dan aktifitas lainnya yang telah diorganisir dengan rapi PGRI menjadi salah satu organisasi yang akan tetap mengawal lahirnya guru-guru profesional. Sederhananya PGRI merupakan organisasi yang berjuang dalam meningkatkan profesionalisme guru, selain dari memperjungkan kesejahteraan guru.

Jawaban Soal hal 107

PGRI sebagai organisasi guru dan tenaga pendidikan lainnya masih dihadapkan sejumlah tantangan kebuttuhan dengan segala potensi dan kekurangan yang dimiliki PGRI. Dalam mengahadapi berbagai tantangan dan tuntutan pgri dituntut untuk terus berjuan dan berjuang untuk kepentingan guru dan tenaga kepentingan lainnya.

Selagi ada keinginan PGRI untuk maju dan berkembang seta berkesinambungan secara fungsional dalam perjuangannya dalam mensolidasikan diri guna memperkuat bangunan sistem pendidikan diera otonomi daerah maka perjuangan belum berakhir

Dan juga kuatnya peran birokrasi pendidikan yang seringkali dalam memberikan pelayanan masih belum memuaskan sesuai dengan harapan khususnya yang mengyangkut hak guru, dengan ini segenap elemen PGRI dituntut untuk berjuang secara optimal.

Maka dari pada itu sebelum tugu pendidikan di bangun secara kokoh, PGRI berada di barisan terdepan dalam menegakkan tongkat pendidikan tsb hingga titik darah penghabisan.

Perjuangan PGRI dalam mengembangkan dan menginkatkan dunia pendidikan akan sukses bila sesuai dengan prinsip perjuana dan didukung strategi yang tepat.

Perjuangan PGRI dalam meningkatkan dan mengembangkan dunia pendidikan tidak boleh terlepas dari prinsip perjuangan PGRI dimana dalam prinsip PGRI harus:

memiliki kemurinian perjuangan artinya seluruh anggota dan pengurus PGRI dalam menjalankan kiprahnya harus bersungguh – sungguh dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dengan berjdasarkan ketentua AD/ ART serta program kerja PGRI yang telah ditetapkan melalui kongres, konferda, kongkerda, konfercab dan kongkercab.

Segenap pengurus PGRI harus mengedepankan kepentingan organisasi dan kepentingan anggotanya sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan sehinga kesuksesan dalam perjuangan mudah diraih

Segenap pengurus harus mengedepankan nilai – nilai solidaritas dlam setiakawan, kompak, dan harmonis serta melakukan sharing secara sinergis bersama elemen masyarakat dalam memecahkan persoalan terutama persoalan pendidikan.

Tidak hanya sesuai dengan prinsip perjuangan saja akan tetapi juga perlu mengambil langkah – langkah strategis dalam perjuangannya. Seperti halnya intensifikasi silaturrahmi, optimalisasi kemitraan, aktualisasi program kerja dan transparansi manajemen.

Perjuangan PGRI tidak akan sukses bila sudah tidak sesuai dengan prinsip dan didukung oleh strategi yang tepat dan tidak akan berjalan maksimal jika hal itu semua tidak dilakukan secara totalitas

Lintasan perjuangan PGRI yang paling terkesan yang memberi dampak besar pada kesejahteraan guru yaitu perjuangan pada bidang formasi pendidikan nasional dimana PB-PGRI ikut berperan aktif dengan memberitakan masukan kepada pemerintah agar berbagai agenda reformasi yang sedang dan akan dilaksanakan dapat terwujud dengan tepat sasaran. Contoh: adanya pendekatan BBE( pendidikan berbasis luas) yang tujuannya menyelamatkan nasional sebagai soko guru pembangun bangsa.
Educational International (EI) merupakan oranisasi guru internasional yang diikuti oleh 304 organisasi guru yang terdiri dari 155 negara dan mempunyai 24 juta anggota.

Mengingat betapa besarnya organisasi tersebut merupakan sebuah modal awal bagi PGRI untuk memperluas akses serta dukungan. Jadi PGRI tidak hanya mendapat dukungan dari tingkat nasional akan tetapi juga internasional sehingga PGRI tidak hanya dikatakan besar dinegaranya saja akan tetapi juga bisa berkecipung dan besar di tingkat internasional

Sebagai wahana untuk mengukur tingka kompetensi PGRI dikancah internasional dan mampu bersaing dengan negara negara lainnya.

Sebagai akses informasi yang terjadi dalam dunia pendidikan internasional sehingga penididkan nasional ita tidak kalah bersaing dengan negara – negara lainnya

Keuntungan lainnya yang diperoleh dengan masuknya PGRI dalam Education internasional (EI) yaitu: PB PGRI duduk dalam kepengerusan EI untuk kawasan Asia. (Fasifik) ketua umum PB PGRI mendapat kehormatan untuk menjadi salah seorang pembicara dalam beberapa konferensi internasional dan kerjasama bilateral telah terbina dengan STU dll.

BAB VI

Profesionalisme Guru Penentu dalam Penigkatan Mutu Pendidikan

Teringat akan perkataan bijak akan guru menyatakan bahwa “ guru merupakan panutan dan sebagai sumber ilmu bagi muridnya sampai kapanpun posisi/ peran guru tidak akan bisa digantikan sekalipun dengan mesin canggih”.

Cukup terbukti penyataan tersebut bahwa Sampai hari ini masih diyakini bahwa salah satu pilar penting dalam membangun sebuah bangsa yang berkeadaban adalah pendidikan. Dengan pendidikan yang baik, sebuah bangsa juga akan bisa menjadi baik. Dan sebaliknya apabila pendidikan dalam suatu bangsa berada dalam keadaan yang memperihatinkan (tidak baik/terpuruk), maka itu juga akan menjadi awal kehancuran bangsa tersebut.

Bicara pendidikan dan kemajuannya maka banyak hal yang akan mempengaruhi, mulai dari kebijakan pemerintah, fasilitas yang digunakan dan juga guru sebagai unsur terpenting dalam pendidikan. Dari beberapa komponen tersebut guru memiliki peranan sangat penting dalam mensukseskan pendidikan. Sebab guru merupakan unsur yang paling banyak berinteraksi dengan anak didik baik dalam proses pembelajaran di kelas ataupun di luar kelas. Sehingga dengan demikian keberadaannya akan sangat berpengaruh terhadap keberadaan anak didik. Ia (Guru) menjadi ujung tombak dalam menentukan keberadaan anak didik.

Sebagai ujung tombak yang akan menentukan hitam putihnya dimensi pendidikan kedepan, maka guru harus benar-benar menyadari bahwa dipundaknyalah masa depan anak didik, masa depan pendidikan dan masa depan bangsa berada. Sehingga dengan kesadaran tersebut maka ia akan memahami apa yang harus dilakukan untuk memberikan yang terbaik dalam proses pendidikan.

Untuk memantapkan peranannya dan untuk bisa memberikan yang terbaik bagi pendidikan, maka kualitas atau profesionalisme guru menjadi prasayarat utama untuk diperhatikan. Dengan profesionalisme seorang guru akan mampu mangangkat pendidikan kita dari keterpurukan. Sehingga profesionalisme menjadi modal yang paling utama yang harus dimiliki oleh seorang guru. Jika tidak, maka ia (guru) tidak akan bisa bebuat apa-apa bagi pendidikan. Atau bahkan malah keberadaanya menjadi beban terhadap proses pembangunan bangsa.

Profesionalisme guru dibutuhkan dalam tiap proses pendidikan, utamanya dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, profesionalisme menjadi modal yang utama. Ketika guru tidak profesional, maka jelas tidak akan mampu melakukan proses pembelajaran dengan efektif. Jika proses pembelajaran tidak efektif maka itu juga akan sangat berpengaruh terhadap capaian pendidikan.

Dalam proses pembelajaran profesionalisme yang harus dimiliki oleh seorang guru minimal yang pertama, penguasaan terhadap disiplin ilmu yang menjadi pegangannya. Penguasaan terhadap materi dan tidak hanya terpaku pada materi yang ada dalam buku-buku yang sudah biasa atau sering disebut dengan buku paket akan sangat menentukan terhadap proses pembelajaran. Dan ketika guru tidak paham secara utuh terhadap disiplin ilmu yang diajarakan, maka jelas akan kesulitan dalam melakukan proses pembelajaran. Itulah yang akan menjadi awal kegagalan guru dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

Kedua, Selain menguasai terhadap disiplin ilmu yang diajarkan, seorang guru juga harus kaya dalam hal metoda pembelajaran. Kemampuan pemahaman keilmuan yang tidak diiringi dengan kekayaan metode juga akan mengalami kegagalan dalam proses pembelajaran. Sebab dengan demikian pesan atau nilai yang akan disampaikan terhadap anak didik ketika tidak menggunakan metode yang pas maka akan sulit untuk dipahami. Dengan sendirinya pemahaman yang mantap tanpa metode yang pas juga akan sia-sia. Anak didik juga tidak bisa menerima apa-apa dari gurunya.

Dalam hal metode, disinilah seorang guru dituntut untuk betul-betul kreatif agar bisa menemukan metode yang bisa digunakan mengajar dengan baik. Guru paling tidak terlebih dahulu dituntut untuk bisa memahami keadaan anak didik. Sebab pemahaman terhadap keberadaan anak didik akan menjadi awal untuk bisa menemukan metode yang pas dan dengan demikian pada akhirnya mutu pendidikan akan dapat diperbaiki.

Jawaban Soal hal 119-120

kiprah PGRI terhadap perkembangan profesionalisme guru

PGRI adalah organiasi profesi yang mengabi dibidang pendidikan. Bertekad melanjutkan reformasi menata pendidikan melalui penyelengaraan otonomi pendidikan bermutu untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dimasa depat dapat maju dan berkembang.

Berkenaan dengan pengikatan sumber daya manusia. Tentunya PGRI dalam kiprahnya memberikan pemberdayaan terhadap guru sehingga menjadi guru profesional. PGRI sebagai organisasi profesi bertugas membina seta mngembangkan sikap prilaku dan keahlian agar para guru anggota PGRI khususnya mampu melakukan tugasnya dengan baik dan penh tanggung jawab seta dapat diandalkan oleh pemerintah dan masyarakat.

Melalui seminar dan pembinaan serta pelatihan yang intensif dan berkesinambungan terhadap guru dalam upaya memiliki dan menguasai 4 kompetensi guru sehingga dapat meningkatkan pofesionalismenya sebagai guru menjadi angenda utama PGRI dalam menyongsong pembangunan nasional karena bagaimanapun juga, guru merupakan ujung tombak dan pilar utama keberhasilan pendidian..

Peran PGRI dalam mensukseskan pelaksanaan sertifikasi guru marupakan strategi PGRI yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraannya yang berdasarkan kwalifikasi dan kompetensi guru dan pembinaan untk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru dalam pelaksanaan tugas sebagai tenaga profesional
setuju, karena profesionalisme dan kesejahteraan saling menunjang sebab pemberian kesejahtaraan, seperti penghargaan dan sertifikasi dapat meningkatkan kinerja peran guru agar lebih profesional, dan menjlankan kiprahnya secara tanggung jaewab serta meningkatkan harkat dan martabat guru sebagi tenaga pendidik. Disamping itu, adanya kesejahteraaan yang diberikan akan lebih memicu semangat dari para guru untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai tenaga pendidik. Oleh karena itu kesejahtaeraan seorang guru sangat berperan threaded keprofesionalan guru tersebut, meskipun disisi lain masih kite temui guru yang tidak mengharap adanya hal itu (tunjangan), dan ini bisa kite lihat masih adanya guru-guru agama/ngaji yang terus melaksanakan tugasnya tanpa mamperhatikan gaji atau tunjangan yang lainya.

BAB VII

PGRI Sebagai Serikat Pekerja Dapat Mempercepat Kesejahteraan Anggota

Selain meningkatkan mutu pendidikan, pemberdayaan terhadap masyarakat PGRI juga tidak pernah lupa untuk memberdayakan anggotanya. Begitu juga dengan kesejahteraan anggotanya.

PGRI menempatkan dirinya sebagai serikat pekerja maksutnya adalah susunan dan aturan dari berbagai aturan dari bergabai bagian sehingga manjadi kesatuan yang teratur yang pembentukannya dari, oleh dan untuk pekerja atau buruh baik diprusahaan maupun diluar perusahaan yang mempunyai sifat bebas, mandiri demokrasi dan sekaligus yang bertanggung jawab dalam penyeimbangan hak dan kewajiban dalam meningkatkan dan memperjuangkan kesejahteraan pekerja dan keluarga. Dalam hal ini PGRI harus mampu beradaptasi dengan organisasi pekerja menjadi trade union (teachers union) yang tujuan utama memperjuangkan kesejahteraan.

PGRI tidak harus mengubah sufat dan prinsip-prinsionya terhadapap organisasi serikat pekerja, sebab sifat dan prinsip tersebut tidak bertentangan, bahkan antara PGRI dan serikat kerja keduannya saling membangun dan saling melengkapi antar anggota organisasi. Sehingga sangatlah cocok kedua organisasi ini bekerja sama dalam membangun tatanan dunia baru yang lebih baik sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan anggota beserta keluarga.

Dengan masuknya PGRI dalam serikat pekerja, PGRI harus berjuang keras untuk mempercepat kesejahteraan anggota PGRI, kerena mendapatkan kesejahteraan tidaklah mudah. Salah satu cara untuk mendapatkan kesejahteraan yakni dengan melalui perjuangan. Dalam bergabunnya PGRI kepada serikat pekereja yakni berjuang untuk berupaya meningkatkan kesejahteraan guru seperti halnya menuntut peningkatan tunjangan dan gaji guru karena anggota PGRI yakin dan percaya bahwa bila kesejahteraan telah dipenuhi maka para guru dpat menyelesaikan tugasnya dengan lebih baik dalam mendidik peserta didik serta memajukan pendidikan yang berkualitas di Indonesia. Langkah-langkah yang diambil yakni mengadakan kerja sama dengan luar negri seperti Education International (EI), International Labour Organization( ILO), United Nations Educational (UNISCO) dan mencari mitra di luar negri sebanyak mungkin dengan cara menyelenggarakan seminar dan pelatihan-pelatihan sebagai bentuk sosialisasi tentang serikat pekerja.

Sesuai dengan fisi dan misi sekaligus jati diri PGRI sebagai organisasi profesi perjuangan dan ketenaga kerjaan, PGRI harus juga memperjuangkan kualitas profesi guru dalam pendidikan yang mana pengartian guru akan meningkat dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan yakni dengan guru haruslah memperolah kesejahteraan dimana hak-hak guru harus terpenuhi sehinnga guru dapat mengembangkan hak dan kewajibannya yang selaras apalagi diera reformasi dan cara pemerintahan yang lebih banyak memberikan kekuasaan kepada pemerintah daerah (desentralisasi). Dalam bidang ketenagakerjaan PGRI harus berusaha sekuat mungkin untuk mencari dana dalam membiayai berbagai kegiatan yangdiselenggarakan oleh organisasi.

Sosialisasi kepada seluruh anggota PGRI dan pelaksanaan serikat pekerja, maksutnya dalam usaha untuk mengubah misi peerseorangan menjadi milik umum sebagai anggota PGRI dan serikat pekerja. Dalam melaksanakan sosialisasi ini, banyak sekali membutuhkan biaya yang cukup besar sehingga sosialisasi serikat pekerja ini, dilaksanakan dengan dilakukannya pada tiap pertemuan pengurus dan anggota PGRI, memanfaatkan wahana majalah PGRI serta menerbitkan buletin dimana dalam buletin tersebut memuat berbagai ruang lingkup atau aspek tentang serikat pekerja sehingga PGRI dapat lebih jelas mengenal bagaimana serikat pekerja itu.

Dalam bergabungnya atau bekerja samanya PGRI dengan organisasi serikat pekerja yakni dapat saling membantu dan saling mandapatkan keuntungan antara yang satuu dengan yang lainnya karena dapat saling mengisi kekurangan-kekurangan yang ada di PGRI maupun di organisasi serikat pekerja. Sehingga dapat lebih mudah mencapai kesejahteraan setiap anggota baik anggota PGRI maupun anggota organisasi serikat pekerja. Disitulah simiosis motualisme akan terjalin dan dengan seperi itu pula kita akan lebih mudah mencapai yang diinginkan.

.Jawaban Soal hal 141-142

1. Guru adalah pekerja dan hak-hak pekerja adalah hak-hak guru tidak setuju dengnan pernyataan ini karena setiap hak-hak pekerja belum tentu semuaanya menjadi hak guru. Guru memang di katagorikan di masukkan sebagia pekerja yang organisasinya harus menyesuaikan diri dengan organiasasi kerja dimana semuanya harus berjuang untuk melindungi dan meningkatkan kesejahtearaan anggota beserta keluarganya.

2. Keuntungan PGRI sebagai serikat pekerja yaitu

- PGRI akan lebih mudah memperjuanagkan program- program yang di rencanakan.

- PGRI akan berwibawa , independen dan di segani oleh semanya.

3. Masuknya PGRI sebagi serikat pekerja akan memperkuat serikat pekerja indonisia maksudnya dengan adanya PGRI sangat membantu sekali dalam peningkatan kesejahteraan anggota dan keluarganya dalam mencapai kesejahteraan yang di inginkan sangatlah sulit di capai dan banyak menghdapi tantangan yang sangat berisiko.

4. PGRI sebagi organisasi buruh , tidak setuju karena tugas yang di emban PGRI lebih mula dari pada seorang buruh. PGRI berjuang untuk kesejahteraan anggota dan keluarganya layaknya buruh, namun dibalik itu juga PGRI berperan aktif mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebab PGRI tempat berhimpunnya yang berperan dalam dunia pendidikan.

BAB VIII

Program PGRI untuk Meningkatkan Pemerataan Pendidikan

Evaluasi yang dilakukan dalam menyusun progaram kerja suatu hal yang lazim dalam sebuah organisasi begitu juga PGRI sebagai organisasi yang eksis dibidang pendidikan. Dal ini dilakukan untuk bagaimana roda organisasi diarahkan. Sehingga dari hasil evaluasi tersebut nantinya dapat melahirkan program kerja efektif, efisien dan sesuai dengan kebutuhan dalam rangka menjawab problema yang muncul pada saat ini dan masa yang akan datang.

Problem besar bangsa kita hari ini masih pada persoalan rendahnya mutu pendidikan. Pendidikan yang diakui menjadi modal paling penting dalam membangun sebuah bangsa masih tidak bisa diandalkan. Samapai hari ini yang namanya mutu pendidikan kita masih jauh dari harapan. Belum lagi masih banyaknya angka putus sekolah dan banyaknya masyarakat yang mimang tidak pernah mengenyam pendidikan.

Pemerataan pendidikan sampai pelosok desa juga bisa berjalan dengan maksimal. Pemerintah dengan program Wajar Dikdas juga belum bisa terealisasi dengan sebagaimana mestinya. Ini masih bisa dilihat dari masih banyaknya angka putus sekolah, masih menumpuknya masyarakat yang belum mengenyam pendidikan. Dan kebanyakan dari mereka problemnya sama, yakni persoalan biaya pendidikan yang masih sulit untuk bisa dijangkau. Meski sekarang ada dana BOS tapi masih ada saja biaya-biaya lain yang sering dipungut pihak sekolah, sehingga masyarakat miskin tetap tidak bisa mengeyam pendidikan yang menjadi haknya.

Inilah yang menjadi problem bersama ditingkatan masyarkat miskin dalam persoalan pendidikan. Yakni tidak terjangkaunya biaya pendidikan. Belum lagi keluaran dari lembaga pendidikan yang juga masih banyak tidak bisa berbuat apa-apa, mereka hanya bisa menjadi pelengkap penderita dalam masyarakat. Sehingga masyarakat juga tambah apatis untuk menyekolahkan anaknya pada lemabaga pendidikan formal. Makanya sampai hari ini yang namanya pemerataan pendidikan hanya tinggal namanya. Namun masyarakat tetap banyak yang belum kesampaian hal tersebut.

Melihat persoalan tersebut yang sebenarnya itu merupakan tanggungjawab pemerintah yang paling besar untuk mangatasinya. Namun ketika meluhat pemerintah yang sekarang juga masih belum serius, maka sebenarya ini harus ada kepedulian dari semua elemen. Sebab mimang harus disadarai secara hakikat persoalan pendidikan juga menjadi persoalan semua masyarakat Indonesia.

Dalam konteks PGRI, juga sudah banyak hal yang dilakukan dalam upaya pemerataan pendidikan. PRGI dengan semua lembaga pendidikan yang dinaunginya itu juga merupakan satu bukti konkrit peran sertanya dalam pemerataan pendidikan. Telah diketahui bersama ditiap daerah di Indonesia sudah banyak lembaga-lembaga pendidikan milik PGRI berdiri, mulai dari Pendidikan Dasar, menengah, bahkan juga pendidikan tinggi. Ini menunjukkan bahwa PGRI juga membantu dalam pemerataan pendidikan.

Selain lembaga pendidikan yang ada, PGRI juga berperan dalam memberikan pemahaman terhadap masyarakat. Sebab persoalan pemerataan bukan semata-mata pada persoalan tersedianya lembaga pendidikan. Namun ada masalah lain selain hal tersebut. Yakni persoalan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan.

Sekarang masih banyak masyarakat yang berasumsi bahwa pendidikan bukan hal yang penting bagi kehidupan. Asumsi ini lahir dikarenakan banyak orang yang berpendidikan masih menganggur. Artinya alumni lembaga pendidikan masih belum bisa berbuat apa-apa ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Kebanyakan dari mereka tidak mampu untuk melakukan perubahan pada kehidupan masyarakat.

PGRI sebagai organisasi guru, harus melakukan upaya dalam rangka membangun kesadaran bagi masyarakat. Sosialisasi pentingnya pendidikan menjadi hal yang seringkali dilakukan dalam rangka membangun kesadaran masyarakat. PGRI tidak hanya menghimpun guru, tapi juga menghimpun masyarakat untuk sadar akan peran penting pendidikan dalam kehidupan. Dengan seperti itulah pemerataan pendidikan akan berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Dan pada akhirnya jika hal tersebut tercapai, maka apa yang menjadi cita-cita luhur bangsa kita juga akan tercapai.

Jawaban Soal hal 166-167

1. Dengan memiliki jumlah anggota yang banyak yang terdiri dari tingkat pusat hingga tingkat sampai ke daerah – daerah terpencil, sruktur organisasi yang merata diseluruh wilayah sampai kedesa – desa, semangat juang dan pengalaman yang tinggi, tempat pengabdian dari kabupaten sampai desa, pengakuan atas eksistensi yang cukup tinggi dari masyarakat dan pemerintah menjadikan ini semua sebagai kekuatan PGRI.

Dengan kekutan tersebut PGRI dapat memberikan pembinaan dan pelatihan terhadap guru – guru baik guru yang berada dikota maupun di desa atau daerah terpencil sehingga pemerataan kemampuan guru dapat teripta dari tingkat pusat sampai daerah – daerah jika kemampuan guru merata di seluruh tingkatan akan memungkinkan untuk pemerataan kualitas pendidikan sehingga terjadi peningkatan di dunia pendidikan, memberikan sosialisasi mengenai kebijakan – kebijakan dari pusat kepada daerah sebagai landasan untuk mengawal jalannya pendidikan nasional. Membantu anggota atau pun masyarakat dalam menyalurkan aspirasinya terutama dalam bidang pendidikan sebagai bahan evaluasi pemerintah dalam tahun – tahun berikutnya, memupukkan semangat juang yang tinggi serta rasa tanggung jawab dan kredibilitas yang tinggi dalam eksistensinya memberikan pemberdayaan terhadap masyarakat dengan melakukan sharing bersama seluruh elemen masyarakat sehingga tercipta gagasan – gagasan serta ide – ide yang cemerlang.

selain hal berkenaan diatas secara garis besarnya cara menggunakan kekuatan untuk meningkakan mutu pendidikan yaitu menggunakan kekuatan tersebut secra tepat guna misalnya meningkatkan mutu dan relevan dan pendidikan pada lembaga pendidikan baik umum maupaun pendidikan keagamaan mulai pendidikan persekolahan sempai dengan pendidikan lanjutan , mengembangkan kursus keterampilan meningkakan motivasi belajar siswa agar menjadi siswa yang berprestasi dalam segala hal dan semuanya tidak luput dari kerja sungguh –sungguh dalam melaksanakannnya.

2. PGRI memiliki kelemahan , cara mengurangi kelemahan untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu harus meningkaan kerja dari organisasi dan anggota PGRI , PGRI harus berusaha mencari tambahan dana agar kegiatan yang di laksanakan terlaksana sesuai dengan yang di inginkan , PGRI harus lebih realistis dalam menghadapi masalah yang bersangkutan dengn pendidikan ( kurangnya para pemikir dari anggota PGRI)

3. PGRI memiliki peluang cara merebut peluang dan cara memanfaatkan kesempatan untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu : harus bisa menempatkan diri dan ikut berperan aktif dalam organisasi PGRI sehingga kita dapat dengan mudah mengambil peluang yang terdapat dalam organisasi tersebut. Misalnya, menangani masalah pendidikan, dimana pada zaman saat ini masih banyak anak yang putus sekolah , padahal meraka sangat membutuhkan didikan dan ilmu dari bangku sekolah, yang dapat memberikan inspirasi dan gambaran tentang apa dan bagaimana kita menghadapi masa depan yang dapat menunjang kehidupan kita kelak

4. PGRI memiliki ancaman, cara menghadapi ancaman untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu :

- PGRI harus lebih tegas dalam mengambil keputusan dan dapat dipertanggung jawabkan

- Meningkatkan solidaritas bersama,

- Mencegah adanya paham-paham baru yang dapat merusak kinerja PGRI

BAB IX

TANGGUNG JAWAB PGRI DALAM MEMBANGUN PENDIDIKAN YANG LEBIH BAIK

Setiap manusia diberikan sebuah hak dan kewajiban dalam mengarungi hidupnya. Begitu juga dengan tanggung jawabnya, dimana setiap tanggung jawabnya dalam beraktivitas perlu dipertanggung jawabkan sebagai bentuk bahwa manusia tersebut adalah manusia yang bertanggung jawab

Dalam perjalanaannya Persatuan Guru Repuoblik Indonesia (PGRI) merupakan organisasi tempat berhimpunnya segenap guru dan tenaga kependidikan yang lainnya. Dengan berpegang teguh kepada pancasila dan mengabdi dibidang pendidikan dan berupaya menata pendidikan yang lebih baik agar dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia demi kemajuan dan perkembangan.

Organisasi PGRI sangat erat kaitannya dengan pendidikan, dimana pendidikan sendiri merupakan bantuan atau pertolonganyang diberikan seorang kepada orang lain secara usaha sadar dan terencana guna menciptakan suasana belajar dan proses pembelajran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi yang mereka miliki untuk meningkatkan kemampuan dan menuju taraf kehidupan yang lebih baik, pendidikan yang berbasis luas, seperti diketahui konsep yang ada di BBE pada awalnya menunjukkan pada pendidikan yang memberi landasan yang kuat pada pengetahuan dasar atau ilmu-ilmu yang mendasarinya.

Para guru hanya membekali para siswa dengan kemampuan tertentu yang spesifik. Pada awalnya, peserta didik tidak cukup hanya dengan belajar untuk menguadsai kemampuan atau keterampilan tertentu, melainkan mereka dituntut untuk menguasai ilmu-ilmu yang lain yang relevan yang melandasi atau menunjang pembangunan pendidikan yang ada dengan pemikiran yang cemerlang. Landasan ilmu-ilmu tersebut berupa ilmu pengetahuan dasar, ilmu umum atau liberal arts education.

Sejak tingkat pendidikan hingga perguruan tinggi peserta didik harus mempelajari berbagai jenis mata pelajaran atau disiplin ilmu dengan tujuan agar mereka memiliki landasan yang cukup nguna belajar alebih lanjut dengan memiliki berbagai keahlian yang sesuai denagn dirinya. Sehingga peserta didik tidak hanya dilatih untuk menguasai keahlian atau keterampilan tertentu, melainkan mere biasa dibekali berbagai ilmu pengetahuan.

Dalam hal ini PGRI marupakan suatu wadah guru harus mempunyai rasa tanggung jawab dalam menjalankan kemajuan pendidikan dlam membangun tatanan baru dunia pendidikan yang lebih baik dan melaksanakan berbagai basis pendidikan demi memajukan pendidikan. Tanggung jawab PGRI adalah suatu kesediaan dan kemampuan anggota PGRI dalam organisasi untuk menanggung segala akibat dari perbuatan yang mereka lakukan serta harus mempunayi kesediaan dlam membangun tatanan dunia baru pendidikan yang lebih baik.

Agar kualitas pendidikan lebih baik PGRI selaku organisasi yang bergerak dalam dunia pendidikan harus ikut bertanggung jawab dengan cara ikut serta secara aktif dan konsrtuktif dalam menjalankan tugas keprofesionalan, dalam hal ini guru sebagai anggota terdepan organisasi harus dapat memahami hak dan kewajiban sebagai pendidik dengan berbagai upaya dan strategi yang dilakukan sebagai organisasi profesi. Tanggung jawab PGRI dalam memajukan pandidikan dapat juga dilihat dari usaha PGRI dalam mencari mitra sebanyak mungkin dan mencari dukungan dari luar negri seperti halnya PGRI membangun mitra secara internasional melalui education international (EI). Pada era otonomi daerah PGRI juga terus mengikuti dan menyikapi berbagai permasalahan dan tantangan sesuai dengan tuntutan otonomi daerah demi memajukan tatanan pendidikan yang lebih baik.

PGRI juga bertanggung jawab dalam pembentukan guru yang profesional yang disertai empat kompetensi yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan kompetensi kamahiran (profesional) sehingga guru dapat memberikan bahan ajaran yang berkualitas dan dapat diterima oleh peserta didik serta guru dapat memahami karakteristik sehingga lebih mudah dalam menyampaikan meteri pelajaran.

Jawaban Soal hal 191

1. di era reformasi, menurut surya (2003), PGRI sekurang –kurangnya menghadapi tiga lingkup tantangan yakni: tantangan global, tantangan nasional dan tantangan organisasional

menjawab tantangan global

menjawab tantangan global tidaklah seperti membalikkan kedua belah tangan atau mengedipkan mata. Karena sifatnya yang global jadi ruang lingkupnya sedikit lebih luas. Untuk menjawab tantangan global ini maka PGRI dengan meningkatkan muttu dan kualitas sumber daya manusia (baca : anggota) yang bermutu dan profesional yang mampu mengatasi berbagai tantangan dan memenuhi kebutuhan.

Kerja tim (team work) yang kompak. Paling tidak dengan kesinegian dan kekompakan yang terjadi di seluruh pengurus dan serta anggota paling tidak mengkokohkan rasa persatuan dan persatuan dan mengurangi beban dalam menghadapi tantangan sehingga tidak terkesan tercerai berai yang mana nantinya akan membuat rapuh organisasi selevel PGRI.

Sumberdaya yang mengusai IPTEK, iptek wajib hukumnya bagi setiap anggota PGRI untuk dikuasai hal ini di tekan kan agar setiap anggota maupun pengurus pgri tidak ketingalan pengetahuan dengan negara – negara lain dan mampu berkompetensi dengan negara lain. Dengan menguasai iptek kita dapat mengurangi dampak arus globalisasi.

2. membangun keterbukaan di PGRI dalam menyikapi perkembangan yang terus berlangsung yakni dengan terbuka untuk kesempatan berpartisipasi, membuka seluas-luasnya perbedaan perspektif tentang isu, penyelesaian konflik secara terbuka dan transparan, keterbukaan trhadap pandangan dan refleksi dalam mengemukakan fikiran dan perasaan serta keterbukaan threaded kesalahan agar dapat berperilaku dan belajar dari kesalahan yang lalu.

3. Kiprah PGRI di ere otonomi pendidikan PGRI harus melakukan adapatasi dalam aspek kultural (penyusuaian struktur organisasi dengan otonomi) aspek kultur (PGRI harus lebih demokratis dan terbuka) aspek substansi (PGRI berusaha untuk mampu mengakomudasi berbagai aspirasi anggota sesuai dengan kondisi daerah masing-masing) dan aspek sumber daya manusia PGRI harus mampu memnerikan sumbangan threaded pelaksanaan otonomi yang berada dalam persatuan dan kesatuan bangsa.

4. PGRI membangun kerja sama internasional terhadap perkembangan global yakni PGRI bekerja sama membangun kemitraan internasional terutama melalui edicational international (EI) karena PGRI dapat memperkuat, belajar dan dapat mentranspormasikan keberadaan PGRI dan gagasan PGRI untuk masyarakat dunia dalam membangun tatanan dunia baru yang lebih baik terutama pada aspek pendidikan.

BAB X

Kompetensi Guru Peletak Dasar Kemajuan Pendidikan

Masih belum ada jawaban yang pasti sampai hari ini terhadap persoalan terpuruknya pendidikan kita. Pendidikan yang dipahami sebagai modal utama dalam proses memajukan sebuah bangsa berada pada kondisi yang memprihatinkan. Kualitas yang masih jauh dari standart pendidikan internasional menjadi bukti konkrit bahwa pendidikan kita tidak maju. Out put pendidikan yang tidak kreatif, tidak bisa berbuat apa-apa ketika kembali pada masyarakat menjadi wujud nyata bahwa pendidikan kita mimang harus dilakukan perubahan.

Kegelisahan banyak kalangan terhadap kondisi pendidikan yang memprihatinkan juga tidak menjadikan pendidikan kita lebih baik. Disukusi para pakar pendidikan dalam rangka mencari solusi bagi masalah pendidikan juga tidak kunjung menemukan jalan keluar. Kebijakan pemerintah mulai dari perubahan kurikulum, sampai pada kebijakan Ujian Nasional juga tidak mampu menjadi jawaban bagi masalah yang melilit dunia pendidikan.

Kebijakan sertifikasi guru yang diyakini juga bisa memperbaiki keadaan guru hanya melahirkan masalah baru dalam dunia pendidikan. Guru dengan proses sertifikasi daharapkan lebih profesional, malah tidak berpengaruh apa-apa bagi perbaikan guru. Itu disebabkan apresisasi guru terhadap sertifikasi bukan untuk memperbaiki kualitasnya. Hanya saja dengan lulus sertifikasi yang diharapkan para guru hanya tunjangan yang berlipat ganda. Sehingga itu tidak berpengaruh terhadap kualitasnya. Yang ada dalam pikiran guru kebanyakan dengan sertifikasi gajinya makin banyak bukan kualitas pendidikan labih baik.

Dengan fenomena yang demikian maka kita harus mengrutkan dahi lagi untuk berpikir bagaimana pendidikan bisa lebih baik. Semua jurus sudah dikeluarkan, namun penjahat dunia yang berupa kebodohan belum juga terbunuh secara tuntas.

Sebenarnya memperbaiki pendidikan dengan memperbaiki kulitas guru merupakan jalan yang tepat. Sebab guru menjadi penentu dalam proses pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Ketika dalam proses pembelajaran tidak efektif dan tidak berjalan dengan baik maka pendidikan kita tidak bisa diharapkan bisa berubah kearah yang lebih baik.

Makanya, memperbaiaki keadaan guru menjadi jalan utama dalam mencari kebuntuhan problem pendidikan. Hanya saja upaya untuk kesitu tidak bisa dibiarkan secara alamiah. Pada prosesnya harus dilakukan pengawalan sebagai wujud keseriusan untuk melakukan perbaikan pendidikan.

Memperbaiki mutu guru melalui sertifikasi juga merupakan jalan yang tepat. Namun pada prosesnya juga tetap harus ada pengawalan dan tepat. Sebab jika tidak, maka jelas juga akan ada penyimpangan. Sehingga pada akhirnya sertifikasi tidak lagi menjadi upaya memperbaiki guru, namun hanya sebagai upaya untuk memperbaiki kesejahteraan guru yang seringkali banyak tidak berpengaruh terhadap profesionalisme seorang guru.

Selain itu, yang terpenting juga kometmen seorang guru untuk betul-betul ingin melakukan perbaikan pada pendidikan. Artinya para guru harus menghilangkan paradigma menjadi guru hanya semata-mata ingin mencari kerja.Sebab itu seringkali itu akan mengahambat dan akan menghilankan profesiobalisme ketika menjadi guru. Orentasi kerja dalam menjadi akan sangat menghambat kemajuan pendidikan.

Selain itu seorang guru harus senantiasa melakukan upaya perbaikan diinternal dirinya. Artinya upaya untuk menambah wawasan keilmuannya sesuai dengan disiplin ilmu yang ditekuni harus dilakukan.Yang terpenting juga seorang guru harus kaya akan metode pembelajaran sehingga mudah dalam melakukan proses pembelajaran.

Jawaban Soal hal 212

Usaha saya agar memiliki kompetensi paedagogik guru adalah harus mampu mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pengembangan peserta didik, dan mempunyai karakter pandangan sehat, berkepribadian utuh, rasa percaya diri, terbuka pada pengalam baru dengan penuh inisiatif dan aktif bergerak yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Pandangan saya terhadap masalah yang dihadapi guru dalam kemajuan pendidikan meliputi aspek kuantitas (guru belum cukup untuk menghadapi siswa), aspek kualitas (guru belum memiliki pendidikan yang maksimal), aspek penyebaran guru diberbagai daerah, aspek kesejahteraan, dan sisten pengajaran guru (pendapatan yang diperoleh tidak sebanding dengan tanggung jawabnya), aspek pengelolaan dan jenjang karier guru (pelaksanaan yang banyak kendala sehingga perlu pengembangan karier) dari mmanagemen SDM guru masih belum nampak keterpaduan.
Pengaruh materi kuliah Pengantar Pendidikan dalam meningkatkan kompetensi profesinal guru adalah guna untuk perspektif dasar tentang sisten pendidikan sebaga kerangka awal dalam memahami pendidikan dan persoalan pendidikan yang lebih mendalam dan upaya pemecahannya sebagai modal dasar utama pada medan pengabdian di dunia pendidikan.

4. Upaya saya agar kelak setelah menjadi guru yang berwibawa yakni dengan harus mempunyai kaunggulan dan mempunyai kompetensi guru yang dalam pelaksanaan tugas mempunyai rasa percaya diri, ktepatan dalam pengembila keputusan serta pertannggung jawaban terhadap keputusan yang telah diambil seorang guru yang akan menimbulkan konsekuaensi baik barista negatif maupun positif.

BAB XI

Persiapan Jadi Guru Profesional di LPTK

Profesi guru adalah jabatan atau pekerjaan yang membutuhkan keahlian ( skill ) untuk mendaptkan imbalan yang layak untuk kepentingan hidup dalam mendidik peserta didik. Artinya pekerjaan seornag guru tidak bias dilakukan semua orang, akan tetapi hanya bias dilakukan oleh orang-orang yang memilki kemampuan dan terlatuh secara khusus. Keahlian ersebut diperoleh dari aoa yang disebut profesionelisasi yang yang dilakukan seorang guru menjalani profesi itu (pendidikan/latihan pra-jabatan) maupun setelah menjalani profesinya sebagai seorang guru(in serfis training). Profesionel seorang guru merupakan orang yang menyandang suatu profesi dan penampilan seorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.

Profesionalisme menunjuk pada komitmen para anggota PGRI untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dengan terus menerus mengembangkan strategi yang dilakukan dalam memlakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesi seorang guru. Dilain pihak profesionalitas mengacu pada sikap para guru khususnya anggota PGRI terhadap profesi serta derajad pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki dalam rangka melakukan profesinya atau pekerjaannya. Sedang profesionalisasi menunjuk pada proses peningkatan para guru khususnya anggota PGRI dal;am mencapai kreteria yang standart dalam penampilannya sebagai anggota suatu profesi(pekarjaan). Dengan kata lain profesionaliasasi pada dasarnya merupakan serangkaian proses pengembangan professional (profesionel development) baik dilakukan melalui pendidikan atau latihan pra jabatan atau dalam jabatan sehingga profesionalisasi bersifat life long dan never ending secepat seorang telah menyatakan dirinya sebagai earga guru suatu profesi.

Menjadi guru yang berkopetensi dan professional seperti halnya yang dijelaskan diata, calon guru atau guru harus mempunyai persiapan-persiapan khusus agar dapat menyandang guru yang professional dan mempunyai kompetensi salah satunya melalui LPTK. Bagi LPTK kurikulum berbasis kompetensi untuk menuju kepada professional seorang guru bukanlah suatu hal yang baru. Sejak tahun 1970-an LPTK sudah menganut “pendidikan guru berbasis kompetensi (PGBK) atau kompetensi based teacer education. Pada tingkat menengah keguruan sudah resmi menggunakan CBTE yang dikembangkan oleh pengembangan pendidikan guru. Sedangkan pada tingkat IKIP/FKIP sudah diterapkan pada semua bidang studi yang melahirkan calon guru untuk SLTA, PGBK sangatlah popular sehingga struktur maupun isi kurikulum berorentasi pada kompetensi yang seyogyanya dimilki oleh seorang guru atau tenaga pendidikan yang lain.

Kompetensi-kompetensi LPTK yakni dimaksutkan meliputi kompetensi pribadi, professional serta social, pedagogic, cultural atau biasanya juga kedalam kompetensi dalam pengetahuan, nilai-nilai sesuai dengan norma atau sikap dan keterampilan dalam mendidik peserta didik. Dan di LPTK juga dituntut dari calon guru yaitu kompetansi dalam mengembangkan kepribadian seorang guru, menyusun program, mengembangkan alat dan bahan pembelajaran dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan alat dan lingkungan dengan berinteraksi dengan siswa, masyarakat dan kalangan pendidik lainnya, dengan menerapkan metode atau tekhnik dan alat yang sesuai dengan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik, serta nilai peruses dan hasil beajar, mengidentifikasi dan membantu kesulitan belajar peserta didik, serta calon guru atau guru melaksanakan tugas-tugas administrasi dan melakukan penelitian yang sederhana untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau proses pembelajaran kepada peserta didik.

Kompetensi dasar tersebut kemudian mewarnai struktur kurikulum dan isi mata kuliah di LPTK sehingga guru atau calon guru memiliki profesionalitas atau cakap dalam menjalankan tugasnya, dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk menjadi guru yang profesioanal.

Jawaban Soal hal 230

1. Upaya yang ditempuh PGRI untuk mendukung rekrutmen guru :

- menganalisis seberapa besar kekurangan guru (kebutuhan guru) ditiap sekoalh beserta mata pelajarannya

- guru yang di rekrut harus mempunyai latar belakang pendidikan yang minimal dan mantap

- membantu dalam perekrutan guru yang dilakukan secara transparan system keterbukaan

2. upaya yang ditempuh PGRI untuk mendukung penataan dan pembinaan guru : Melakukan analisa terhadap kebutuhan guru, melakukan pembinaan calon guru pada perguruan tinggi penyelenggara pendidikan tenaga kependidikan (PT P2TK)

3. upaya yang ditempuh PGRI dalam mensukseskan pemberian penghargaan terhadap guru:

- turut adil dalam penyerahan penghargaan tersebut

- dapat memilih atau menentukan guru yang patut menjadi suri teladan

- memberikan penghargaan sesuai dengan prestasi yang dicapai atau yang diperoleh.

4. upaya yang ditempuh PGRI untuk mendukung terhadap jaminan hari tua kepada guru :

- mengadakan bimbingan psikologis atau penyiapan mental menjelang pensiun

- wawasan social, olahraga, keagamaan dan bisnis

- keterampilan bisnis dan materi lain yang sesuai dengan minat guru

mengurangi jam kerja agar guru dapat beradaptasi

Ke-PGRI-aN

Kumpulan Tugas Karya Tulis & Jawaban Soal-soal

(diselesaikan untuk memenuhi tugas Ke-PGRI-aN)

Oleh :

Fajar Ilhami

04.1.03.01.0081

Pend. Matematika VIII-A

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

(STKIP PGRI)

SUMENEP

KATA PENGANTAR

Segala peji senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, sebagai wujud dari rasa Syukur atas nikmat yang telah dikaruniakan-Nya. Sehingga, meski dalam keadaan yang penuh keterbatasan masih bisa menyelesaikan tugas yang telah dibebankan terahadap Penulis, yakni berupa penulisan karya tulis dan menjawab soal-soal Ke-PGRI-aN..

Solawat dan salam semoga selalu terhaturkan kepada sosok yang sempurna, yang telah ditus Allah untuk memberikan tuntunan terhadap semua umat manusia, beliau adalah Nabi Muhammad SAW.

Selain itu saya juga mengucapkan banyak terimakasih terhadap semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga penulis bisa menyelesakan tugas ini dengan baik, utamanya kepada dosen pembimbing Drs, Musaheri, M.Pd.

Dalam penulisan tugas ini, penulis meyakini tidak sempurna sebagaimana yang penulis inginkan, maka demi perbaikan dalam penulisan tugas-tugas selanjutnya, kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan.

Sumenep, 21 juli 2008

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

Tugas Karya Tulis Dan Jawaban Soal –Soal

BAB I Peran Penting Guru Anggota PGRI dalam Peningkatan Mutu Pendidikan

BAB II Guru Menjalankan Sikap Profesionalisme Sesuai Sifat PGRI

BAB III PGRI dan Dinamikanya pada Masa Reformasi

BAB IV Meningkatkan Konsolidasi PGRI Melalui Forum Organisasi PGRI

BAB V PGRI Berjuang Meningkatkan Profesionalisme Guru

BAB VI Profesionalisme Guru Penentu dalam Penigkatan Mutu

Pendidikan

BAB VII PGRI Sebagai Serikat Pekerja Dapat Mempercepat

Kesejahteraan Anggota

BAB VIII Program PGRI untuk Meningkatkan Pemerataan Pendidikan

BAB IX Tanggung Jawab Pgri Dalam Membangun Pendidikan Yang

Lebih Baik

BAB X Kompetensi Guru Peletak Dasar Kemajuan Pendidikan

BAB XI Persiapan Jadi Guru Profesional di LPTK

Ø Purwanto, Ngalim. M . 1984. Administrasi Pendidikan Jakarta. Mutiara.

Ø Musaheri. 2007 Pengantar Pendidikan Jogjakarta. IRCISOD.

Ø .2007 . ke PGRI an. Jogjakarta. Diva press

Ø Tilaar , H .A. R. 2001 Menejemen Pendidikan Nasional. Bandung

PT Remaja Rosdakarya

Ø . .2003. Kekuasaan Dan Pendiikan Tinjauan Dari Perspektif

Studi Kultura. Magelang: indonesia tera

Ø Bafal, ibrahim. 2003. Peningkatan Profesional Guru Sekolah Dasar.

Jakarta. PT Bumi Aksara.

Ø Moh Uzer Usman .1995. Menjadi Guru Profesional.. Bandung. PT Remaja

Rosdakarya

Ø Sid, Indra DJati. 2002 Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta: Paramadina

Ø Undang – Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta .

Depdiknas

SEMANTIK BAHASA INDONESIA (RANGKUMAN)

SEKILAS SEMANTIK BAHASA INDONESIA

Jenis Makna

Jenis makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang. Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal. Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata dapat dibedakan adanya makna referensial dan nonreferensial. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata dapat dibedakan adanya makna konotatif dan denotatif. Berdasarkan ketepatan maknanya dapat dibedakan adanya makna istilah atau makna umum dan makna khusus. Selain pembagian tersebut, jenis makna dapat pula digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu (a) makna leksikal dan (b) makna kontekstual.
Makna Leksikal

Makna leksikal (leksical me3aning, sematic meaning, external meaning) adalah makna kata yang berdiri sendiri baik dalam bentuk dasar maupun dalambentuk kompleks (turunan) dan makna yang ada tetap seperti apa yang dapat kita lihat dalam kamus. Makna leksikal dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu (a) makna konseptual yang meliputi makna konotatif, makna afektif, makna stilistik, makna kolokatif dan makna idiomatik.
Makna Konseptual

Makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan konsepnya makna yang sesuai dengan referennya, dan makna yang bebas asosiasi atau hubungan apa pun.

Makna konseptual disebut juga makna denotatif, makna referensial, makna kognitif, atau makna deskriptif. Makna konseptual dianggap sebagai faktor utama dalam setiap komunikasi.
Makna Generik

Makna generik adalah makna konseptual yang luas, umum, yang mencakup beberapa makna konseptual yang khusus atau sempit.

Misalnya, sekolah dalam kalimat “Sekolah kami menang.” Bukan saja mencakup gedungnya, melainkan guru-guru, siswa-siswa dan pegawai tata usaha sekolah bersangkutan.
Makna Spesifik

Makna spesifik adalah makna konseptual, khas, dan sempit.

Misalnya jika berkata “ahli bahasa”, maka yang dimaksud bukan semua ahli, melainkan seseorang yang mengahlikan dirinya dalam bidang bahasa.
Makna Asosiatif

Makna asosiatif disebut juga makna kiasan atau pemakaian kata yang tidak sebenarnya. Makna asosiatif adalah makna yang dimilki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata dengan keadaan di luar bahasa. Misalnya kata bunglon berasosiasi dengan makna orang yang tidak berpendirian tetap.
Makna Konotatif

Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap kata yang diucapkan atau didengar. Makna konotatif adalah makna yang digunakan untuk mengacu bentuk atau makna lain yang terdapat di luar makna leksikalnya.
Makna Afektif

Makna afektif merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan bahasa. Oleh karena itu, makna afektif berhubungan dengan gaya bahasa.
Makna Stilistik

Makna stilistik berhubungan dengan pemakaian bahasa yang menimbulkan efek terutama kepada pembaca. Makna stilistik lebih dirasakan di dalam sebuah karya sastra. Sebuah karya sastra akan mendapat tempat tersendiri bagi kita karena kata yang digunakan mengandung makna stalistika. Makna stalistika lebih banyak ditampilkan melalui gaya bahasa.
Makna Kolokatif

Makna kolokatif adalah makna yang berhubungan dengan penggunaan beberapa kata di dalam lingkungan yang sama.

Misalnya kata ikan, gurami, sayur, tomat tentunya kata-kata tersebut akan muncul di lingkungan dapur. Ada tiga keterbatasan kata jika dihubungkan dengan makna kolokatif, yaitu (a) makna dibatasi oleh unsur yang membentuk kata atau hubungan kata, (b) makna dibatasi oleh tingkat kecocokan kata, (c) makna dibatasi oleh kecepatan.
Makna Idiomatik

Makna idiomatik adalah makna yang ada dalam idiom, makna yang menyimpang dari makna konseptual dan gramatikal unsur pembentuknya. Dalam bahasa Indonesia ada dua macam bentuk idiom yaitu (a) idiom penuh dan (b) idiom sebagian. Idiom penuh adalah idiom yang unsur-unsurnya secara keseluruhan sudah merupakan satu kesatuan dengan satu makna. Idiom sebagian adalah idiom yang di dalamnya masih terdapat unsur yang masih memiliki makna leksikal.
Makna Kontekstual

Makna kontekstual muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dengan situasi. Makna kontekstual disebut juga makna struktural karena proses dan satuan gramatikal itu selalu berkenaan dengan struktur ketatabahasaan.
Makna Gramatikal

Makna grmatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat digabungkannya sebuah kata dalam suatu kalimat. Makna gramatikal dapat pula timbul sebagai akibat dari proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi dan komposisi.
Makna Tematikal

Makna tematikal adalah makna yang diungkapkan oleh pembicara atau penulis, baik melalui urutan kata-kata, fokus pembicaraan, maupun penekanan pembicaraan.
Realasi makna adalah hubungan antara makna yang satu dengan makna kata yang lain.
Pada dasarnya prinsip relasi makna ada empat jenis, yaitu (1) prinsip kontiguitas, (2) prinsip kolementasi, (3) prinsip overlaping, dan (4) inklusi. Jelaskan!
Prinsip kontiguitas yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa beberapa kata dapat memiliki makna sama atau mirip. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna yang disebut sinonimi.
Prinsip komplementasi yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa makna kata yang satu berlawanan dengan makna kata yang lain. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna yang disebut antonimi.
Prinsip overlaping yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa satu kata memiliki makna yang berbeda atau kata-kata yang sama bunyinya tetapi mengandung makna berbeda. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna yang disebut homonimi dan polisemi.
Prinsip inklusi yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa makna satu kata mencakup beberapa makna kata lain. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna yang disebut hiponimi.
Sinonimi adalah nama lain untuk benda atau hal yang sama. Sinonimi yaitu suatu istilah yang mengandung pengertian telaah, keadaan, nama lain.

Contoh: pintar, pandai, cerdik, cerdas, cakap, mati, meninggal, berpulang, mangkat wafat
Sinonimi tidak mutlak memiliki arti yang sama tetapi mendekati sama atau mirip.
Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya sinonimi adalah penyerapan kata-kata asing, penyerapan kata-kata daerah, makna emotif dan evaluatif.
Kata bersinonimi tidak dapat dipertukarkan tempatnya karena dipengaruhi oleh (1) faktor waktu, (2) faktor tempat atau daerah, (3) faktor sosial, (4) faktor kegiatan dan (5) faktor nuansa makna.
Homonimi adalah kata-kata yang sama bunyi dan bentuknya tetapi mengandung makna dan pengertian yang berbeda.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya homonimi adalah (1) kata-kata yang berhomonimi itu berasal dari bahasa atau dialek yang berlainan, (2) kata-kata yang berhomonimi itu terjadi sebagaimana hasil proses morfologis.
Homonimi yang homograf dan homofon adalah sama bunyi sama bentuknya.

Contoh: bisa ® sanggup, dapat

bisa ® racun ular

jagal ® pedagang kecil

jagal ® orang yang bertugas menyembelih binatang

padan ® banding

padan ® batas

padan ® janji

padan ® curang

padan ® layar
Homonimi yang tidak homograf tetapi homofon adalah bentuknya tidak sama tetapi bunyinya sama.

Contoh: bang ® bentuk singkatan dari abang

bank ® lembaga yang mengurus uang

sangsi ® ragu

sanksi ® akibat

syarat ® janji

sarat ® penuh dan berat
Homonimi yang homograf tidak homofon sama bentuk tetapi tidak bunyinya.

Contoh: teras ® hati kayu atau bagian dalam kayu

teras ® pegawai utama

teras ® bidang tanah datar yang miring atau lebih tinggi dari yang lain
Antonimi adalah nama lain untuk benda lain pula atau kebalikannya.
Oposisi kembar yaitu perlawanan kata yang merupakan pasangan atau kembaran yang mencakup dua anggota.

Contoh: laki-laki >< perempuan kaya >< miskin ayah >< ibu Oposisi gradual yaitu penyimpangan dari oposisi kembar antara dua istilah yang berlawanan masih terdapat sejumlah tingkatan antara. Contoh: kaya dan miskin, besar dan kecil Pada kata tersebut terdapat tingkatan (gradual) sangat kaya – cukup kaya – kaya – miskin – cukup miskin – sangat miskin, sangat besar – lebih besar – besar – kecil – lebih kecil – sangat kecil. Oposisi majemuk yaitu oposisi yang mencakup suatu perangkat yang terdiri dari dua kata. Satu kata berlawanan dengan dua kata atau lebih. Contoh: duduk Berdiri >< berbaring >< berjongkok tiarap Oposisi relasional yaitu oposisi antara dua kata yang mengandung relasi kebalikan, relasi pertentangan yang bersifat saling melengkapi. Contoh: menjual beroposisi membeli suami beroposisi istri utara beroposisi selatan Oposisi hirarkis, oposisi ini terjadi karena setiap istilah menduduki derajat yang berlainan. Oposisi ini pada hakikatnya sama dengan oposisi majemuk. Kata-kata yang beroposisi hirarkis adalah kata-kata yang berupa nama satuan ukuran (berat, panjang, dan isi), satuan hitungan, nama jenjang kepangkatan dan sebagainya. Contoh: meter beroposisi dengan kilometer kuintal beroposisi dengan ton Oposisi inversi, oposisi ini terdapat pada pasangan kata seperti beberapa – semua, mungkin – wajib. Pengujian utama dalam menetapkan oposisi ini adalah apakah kata itu mengikuti kaidah sinonimi yang mencakup (a) penggantian suatu istilah dengan yang lain dan (b) mengubah posisi suatu penyangkalan dalam kaitan dengan istilah berlawanan. Contoh: beberapa negara tidak mempunyai pantai = tidak semua negara mempunyai pantai Polisemi adalah relasi makna suatu kata yang memiliki makna lebih dari satu atau kata yang memiliki makna yang berbeda-beda tetapi masih dalam satu aluran arti. Kata berhomonimi adalah kata-kata yang sama bunyi dan bentuknya. Contoh: bisa ® dapat bisa ® racun Sedangkan polisemi adalah relasi makna suatu kata yang memiliki makna lebih dari satu atau kata yang memiliki makna berbeda-beda tetapi masih dalam satu arti. Contoh: kepala 1. bagian tubuh dari leher ke atas 2. bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau depan yang merupakan hal yang penting 3. pemimpin atau ketua Dua cara untuk menentukan bahwa suatu kata tergolong polisemi atau homonimi, pertama melihat etimologi atau pertalian historisnya. Kata buku misalnya, adalah homonimi yakni (1) buku yang merupakan kata asli bahasa Indonesia yang berarti ‘tulang sendi’ dan (2) buku yang berasal dari bahasa Belanda yang berarti ‘kitab, pustaka’. Kedua, dengan mengetahui prinsip perluasan makna dari suatu makna dasar. Hiponimi ialah semacam relasi antarkata yang berwujud atas bawah, atau dalam suatu makna terkandung sejumlah komponen yang lain. Hiponimi adalah semacam relasi antarkata yang berwujud atas bawah, atau dalam suatu makna terkandung sejumlah komponen yang lain. Kelas atas mencakup sejumlah komponen yang lebih kecil, sedangkan kelas bawah merupakan komponen yang mencakup dalam kelas atas. Contoh: Januari, Februari, Maret, April hiponimi dari kata bulan. Kelas atas disebut hipernim, contohnya, ikan hipernimnya tongkol, gabus, lele, teri. Contoh latihan dan jawaban. 1. Carilah sinonim kata-kata berikut ini! a. kamu = engkau b. ayah = bapak c. anak = momongan d. ibu = mama, emak e. rajin = giat f. susah = sulit, berat g. pandai = pintar h. sehat = waras i. luas = lebar j. jujur = tulus, ikhlas k. mati = meninggal l. baik = bagus m. mendidiki = mengajar n. senang = suka o. aku = saya p. selidik = amati 2. Carilah dalam kamus kata-kata homonimi berikut ini! a. angguk – gerakan kepala menunduk, angguk – tali pada perahu b. anggka – tanda lambang bilangan, angka – mengangap c. antar – hubungan yang satu dengan yang lain, antar – memindahkan sesuatu ke tempat lain d. bujuk – usaha untuk meyakinkan seseorang dengan kata-kata, bujuk – ikan gabus e. bunga – bagian tumbuhan yang akan menjadi buah, bunga – imbalan jasa f. ekstrak – pati atau sari, ekstrak – salinan atau petikan g. email – massa berupa kaca tidak bening, email – bahan padat berwarna putih h. ceraka – pengukup pakaian, ceraka – tumbuhan yang akarnya dapat dipakai sebagai obat i. genting – gawat atau tegang, genting tutup atas rumah j. ibarat – umpama atau perbandingan, ibarat – isi k. jurus – arah yang lurus, jurus – sikap l. kabur – tidak dapat melihat sesuatu, kabur – berlari cepat-cepat m. lengket – lekat, lengket – tumbuhan yang dapat dipakai untuk pupuk hijau n. pelonco – gundul, pelonco – semangka muda o. penting – utama atau sangat berharga, penting – tiruan bunyi p. alam – segala yang ada di langit dan di bumi, alam – merasai 3. Carilah antonim-antonim kata-kata di bawah ini! a. besar >< kecil b. kaya >< miskin c. tinggi >< rendah d. teman >< lawan e. banyak >< sedikit f. tua >< muda g. guru >< murid h. bersih >< kotor i. suami >< istri j. panjang >< pendek k. pandai >< bodoh l. cantik >< jelek m. kasar >< halus n. jauh >< dekat o. mahal >< murah p. baik >< buruk

4. Carilah hiponim kata-kata berikut ini!

a. jurusan, fakultas hiponim terhadap perguruan tinggi

b. vokal, konsonan, diptong hiponim terhadap fonetik

c. puisi, prosa, drama hiponim terhadap sastra

d. meja, kursi, lemari hiponim mebel

e. merpati, kaka tua, gagak hiponim terhadap burung

5. Carilah dalam kamus makna kata polisemi di bawah ini!

a. menguraikan (1) menjadi terurai, (2) menceraikan atau melepaskan, (3) memaparkan

b. undang-undang (1) ketentuan-ketentuan (2) hukum (3) aturan-aturan yang dibuat orang atau badan yang berkuasa.

c. tubuh (1) badan, (2) bagian yang terpenting

d. sekularitas (1) kehidupan duniawi, (2) kedudukan seorang pejabat duniawi

e. praktik (1) pelaksanaan secara nyata (2) pelaksanaan pekerjaan (3) perbuatan melakukan teori

f. upah (1) hasil sebagai akibat, (2) imbalan

g. tenggelam (1) karam, (2) terbenam, (3) hilang, (4) lupa

h. subjek (1) pelaku, (2) mata pelajaran, (3) orang, tempat, benda yang diamati

i. gadis (1) perawan, (2) anak perempuan yang sudah akil balik

j. aparat (1) alat, perkakas, (2) perlengkapan militer, (3) badan pemerintahan

Rabu, 04 Januari 2012

makalah perkembangan peserta didik

makalah perkembangan peserta didik
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Individu adalah pribadi yang utuh dan kompleks. Kekompleksan terrsebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Oleh karenanya, disamping individu harus memahami orang lain dan memahami kehidupan juga harus memahami orang lain dan memahami kehidupan bersama di dalam masyarakat, memahami lingkungan, serta memahami pula bahwa ia adalah mahluk Tuhan. Sebagai mahluk psiko-fisis manusia memiliki kebutuhan-keburhan fisik dan psikologis, dan sebagai mahluk individu dan mahluk sosial, manusia mempunyai kebutuhan individu (yang juga dikenal sebagai kebutuhan pribadi)dan kebutuhan sosial kemasyarakatan. Dengan demikian maka setiap individu tentu memiliki kebutuhan, karena ia tumbuh dan berkembang untuk mencapai kondisi fisik dan sosio psikologis yang lebih sempurna dalam kehidupannya.

B. Rumusan masalah
Ada beberapa rumusan masalaha dalam menyelesaikan makalah ini antara lain sebagai berikut:
1. Apa yang di butuhkan oleh remaja ?
2. Apa yang di butuh oleh individu atau pribadi seseorang?
3. Masalah yang dihadapi oleh remaja?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahu kebutuhan remaja.
2. Untuk kebutuhan individu.
3. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh remaja.





BAB II
PEMBAHASAN
A. Kebutuhan Remaja
1. Teori kebutuhan individu
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya menuju ke jenjang kedewasaan, kebutuhan hidup seseorang mengalami perubahan-perubahan sejalan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan sosial psikologis semakin banyak dibandingkan dengan kebutuhan fisik, karena pengalaman kehidupan sosialnya semakin luas. Ikebutuhan itu timbul disebabkan oleh dorongan-dorongan (motif). Dorongan adalah keadaan dalam peribadi seseorang yang mendorongnya untuk melakukan suatu pebuatan untuk mencapai tujuan tertentu (suryabrata, 1971 & lifton, 1982). Dorongan dapat berkembang karena kebutuhan psikologis atau karena tujuan-tujuan kehidupan yang semakin kompleks. Lebih lanjut Lifton (1982) menyatakan bahwa kebutuhan dapat muncul karena keadaan psikologis yang mengalami gomncangan atau ketidak seimbangan. Munculnya kebutuhan tersebut untuk mencapai keseimbangan atau keharmonisan hidup.
Kebuthan dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. kebuthan primer pada hakikatnya merupakan kebutuhan biologis atau organik dan umumnya merupakan yang didorong oleh motif asli. Contoh kebutuhan primer itu antara lain adalah: makan, minum, bernafas, dan kehangatan tubuh. Pada tingkat remaja dan dewasa kebutuhan primer ini dapa bertambah, yaitu kebutuhan seksual. Sedangkan kebutuhan sekunder pada umunya merupakan kebutuhan yang didorong oleh motif yang dipelajari , seperrti misalanya kebutuhan untuk mengajar pengetahuan, kebutuhan untuki mengikuti pola hidup masyarakat, dan semacamnya. Dalam perkembanga kehidupan yang semakin kompleks, pemisahan jenis kebutuhan yang didorong oleh motif asli dan motif-motif yang lain semakin sukar dibedakan.
Dalam kehidupan sehari sering dikenal pula adanya kebutuhan pokok (primer);seperti pangan, sandang, dan papan, dan kebtuthan kedua (sekunder); seperti hiburan, alat transportasi, dan semacamnya. Kebutuhan pokok dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak dan harus segera dipenuhi, sedang kebutuhan kedua pemenuhannya dapat ditunda bilamana perlu dan dilihat pada skala prioritasnya. Kebutuhan sosial psikologis seoran gindividu terusd mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kondisi kehidupannya yang semakin luas dan kompleks.
Menurut teori Freud, sruktur kepribadian seseorang berunsur tiga komponen utama, yaitu: id, ego, dan superego. Ketiganya merrupakan faktor-faktor penting yang mendorong terbentuknya sikap dan perilaku manusia serta struktur pribadi. Teori psikonalisis Freud diawali dengan mengemukakan asumsi bahwa dorongan utama yang pada hakekatnya berada pada id, senantiasa akan muncul pada setiap perilakui. Id di kenal sebagai instink pribadi dan merupakan dorongan asli yang dibawa sejak lahir. Id merupakan sumber kekuatan instink pribadi yang bekerja atas dasar prinsip kenikmatan yang pada proses berikutnya akan memunculkan kebutuhan dan keinginan. Ego adalah komponen kepribadian yang praktis dan rasional; berdasarkan ego-nya manusia mencari kepuasan atau kenikmatan bardasarkan kenyataan (realita), berfungsi menghambat munculklnya dorongan asli (id) secara bebas dalam berbagai bentuk. Dengan demikian tugas ego adalah menyakaraskan (menyeimbangkan) pertentanga yang terjadi antara id dan tuntutan sosial. Superego mjerupakan bagian dari konsep diri, yang di dalamnya terkandung kata hati yang bekerja sesuai dengan sistem moral dan ideal.
Erikcson ( Buss, 1978 ) dalam menyelesaikan pertentangan antara dorongan pribadi dan tuntutan sosial mengajukan pandangan yang sekaligus merupakan revisi bagi teori Freud. Pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan pertentangan itu lebih bersifat sosial dan berorientasi kepada ego.dalam hal ini, erickson lebih melihat kepentingan sosial. Revisi Erickson ini dimaksud bahwa kebutuhan kebutuhan dalam perkembangan manusia perlu lebih dilihat dari sisi kepentingan sosial.
Rogers ( Buss, 1978 ) juga mengemukakan pendekatan tentang perkembangan pribadi individu. Dinyatakan bahwa seseorang individu pada hakekatnya mencoba mengekspresikan kemampuan, potensi dan bakatnya untuk mencapai tignkat perkembangan pribadi yang sempurna atau mapan. Rogers menyatakan dakam teorinya bahwa manusia memiliki kebutuhan untuk mengaktualisasi dir. Apabila pengaktualisasi diri itu daspat diwujudkan, maka hal itu merupakan pertanda bahwa individu telah mencapai tingkat pertumbuhan pribadi yang semakin luas lingkupnya dengan demikian manusia menjadi lebih bersikap sosial. Manusia dapat beraktualiasasi diri dengan baik apabila telah mampu memperluas atau mengembangkan konsep dirinya.
Menurut Maslow, manusia itu melakukan tindakan atau perbuatannya karena didorong untuk memenuhi kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar itu tersusun secara herarkis dari yang terendah ke kebutuhan yang tertinggi, yaitu dimulai dari kebutuhan jasmani, keamanan, cinta kasih, penghargaan sampai dengan kebutuhan aktualisasi diri. Ini berarti bahwa seseorang bukan merasa memerlukan perlindungan atau keamana sebelum dipenuhinya kebuthan jasmaniah seperti maka, minum, istiraha, udara segar, dan seks. Teapi 80 % kebutuhan jasmaniah ini terpenuhi, makan akan mumcula rasa kebutuhan keamanan dengan kekuatan sekitar 150 %. Begitu seharusnya menurut Maslow.
Lain halnya dengan Lewis (1993) menyatakan bahwa kegiatan manusia itu didorong oleh kebutuhan jasmaniah psikologis, ekonomi, sosial, politik, penghargaan, dan aktualisasi diri. Tampaknya mereka mengembangkan dua kebutuhan dasar manusia menurut Maslow ( kebutuhan keaman dan cinta kasih )ke dalam empat kebutuhan dasar yaitu psikolgois, ekonomi, social, dan politik.
Sejak bayi, kehidupan manusia kecil itu perilakunya didominasi oleh kebuthan-kebuthan biologis yakni kebutuhan untuk mempertahankan diri. Kebutuhan ini disebut deficiency nedd yaitu kebutuhan untuk pertumbuhan dan memang diperlukan untuk tetap hidup (suvival) pada kehidupan di tahun-tahun berikutnya. Kemudian muncul kebutuhan untuk mengembangkan diri, yang hal ini terjadi karena faktor lingkungan dan faktor belaja; seperti kebutuhan akan cinta kasih, kebutuhan untuk memiliki ( ditandai berkembangnnya “aku” manusia kecil), kebutuhan harga diri, kebutuhan kebebasan, kebutuhan untuk berhasil, dan munculnya kebutuhan untuk bersaing dengan yang lain. Kebutuhan tersebut oleh Murray (Lindgren, 1980) dinyatakan sebagai need for aflication atau dikenal sebagai n’ Aff dan i need for achievement sebagai n’ Ach. n’ Aff ini oleh Rogers dan Maslow (1954) dikenal sebagai self actualizing need. Kebutuhan untuk mengaktualisasi dir ditandai oleh berkembangnya kemampuan mengekpresi diri taitu menyatakan potensi yang dimilikinya menjadi lebih efektif dan kompeten

2. Kebuthan remaja, masalah, dan konsekuensinya
a. Kebutuhan remaja
Bebrapa jenis kebutuhan ramaja dapat disebutkan antara lain adalah:
a) Kebutuhan organik, seperti makan, minum, bernafas, seks;
b) Kebutuhan emosional, yaitu kebutihan untuk mendapatkan simpati dan pengakuan dari pihak lain, dikenala dengan n’Aff (need of aflication).
c) Kebutuhan berprestasi atau need of achieven ( yang dikenal dengan n’ Ach), yang berkembang karena didorong utnuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan sekaligus menunjukkan kemampuan psiko-fisis;
d) Kebutuhan untuk mempertahankan dir dan mengmbangkan jenis.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Hall (Liebert, dkk , 1974) memandangnya bahwa masa remaja ini sebagai masa storm and stress. Ia menyatakan bahwa selama masa remaja banyak masalah yang dihadapi karena remaja itu berusaha menemukan jati dirinya (identitasnya). Usaha penemua jati diri remaja dilakukan dengan berbagai pendekata, agar ia dapat mengaktualisasi secar baik. Aktualisasi diri merupakan bentuk kebutuhan untuk mewujudkan jati dirinya.
Pertumbuhan fisik dan perkembangan sosio-psikologis di masa remaja pada dasarnya merupakan kelanjutan, yang dapat diartikan penyempurnaan prises pertumbuhan dan perkembangan sebelumnya. Seperti hanya pertumbuhan fisik yang ditandai denga muunculnya tanda-tanda kelamin sekunder merupakan awal masa remaja sebagai indikator menuju tingkat kematanga fungsi seksual seseorang. Sekalipun diakui bahwa kebutuhan dalam pertumbuhan dan perkembangan remaja masih mencakup kebuthan fisik dan kebutuhan sosial psikologis, namun pada masa remaja ini kebutuhan sosial psikologis lebih menonjol. Bahwa antara kebutuhan keduanya (fisik dan psikologis) saling terkait. Oleh karena itu pembagian yang memisahkan kebutuhan atas dasar kebutuhan fisik dan psikologis pada dasarnya sulit dilakukan secara tegas. Sebagai contoh, “makan” adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan fisik, akan tetapi pada jenjang masa remaja” makan bersama dengan orang tertentu” yang berlaku di dalam budaya kehidupan masyarakat merupakan kebuthan yang tidak hanya dikelompokkan sebagai kebuthan fisik semata. Kebuthan tersebut dapat dikelolmpokkan kedalam kebutuhan ewmosional.

Disamping itu remaja membutuhkan pengakuan akan kemampuannya. Remaja butuh pengakuan bahwa ia (mereka) telah mampu berdiri sendiri, mampu melaksanak tugas seperti orang dewasa, dan dapat bertanggung jawab atas sikap dan perbutan yang dikerjakannya. Faktor non fisik, yang secar integratif tergabung di dalam faktor sosio-psikologis dijiwai tiga potensi dasar yang dimiliki manusia yaitu pikir, rasa, dan kehendak. Kegiatannya secara potensial mendorong munculnya berbagai kebutuhan. Remaja telah memahami berbagai aturan didalam kehidupan bermasyarakat, dan tentu saja ia(mereka) berupaya untuk mengikuti norma-norma itu.
Dalam kehidupan dunia modern, manusia tidak saja hanya berfikir tentang kebutuhan pokok, mereka telah lebih maju. Pemikirannya tela bercakrawala luas, oleh karen itu kebutuhan pukuknya sudah berkembang. Pendidikan dan hiburan, misalnya, telah menjadi kebutuhan hidupanya yang mendasak, bahkan telah masuk pada daftar kebutuhan pokok. Kini anda dapat mengamati lingkungan, bahwa peilaku ini tentu ada faktor yang mendorong dan mempengaruhinya. Dalam menghadapi masalah dan pengembang sosial psikologis, menjadi manusia berprestasi telah merupakan kebutuhan sosial yang membimbingnya untuk berhasil dan lebih kanjut untuk menjadi orang yang berprestasi dan berhasil.

b. Masalah dan konsekuensinya
Beberapa masalah yang dihadapi remaja sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhannya dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Upayah untuk dapat mengubah sikap dan perilaku kekanak-kanakan menjadi sikap dan perilaku dewasa tidak seemuanya dapat dengan mudah dicapai baik oleh remaja laki-laki maupun perempuan. Pada masa ini remaja menghadapi tugas-tugas dalam perubahan sikap dan perilaku yang besar, sedang dilain pihak harapa ditumpukan pada remaja muda untuk dapat eletakkan dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan perilaku.
b) Seringkali para remaja mengalami kesulitan untuk menerima perubahan-perubahan ffisiknya. Hanya sedikit remaja yang merasa puas dengan tubuhnya. Hak ini disebakan karena perrtumbuhan tubuhnya diras kurang serasi. Kegagalan dalam mengatasi ketidakpuasan ini dapat mengakibatkan menurunnya harga diri, dan akibat lebih lanjut dapat menjadikan remaja bersikap keras dan agresif atau sebaliknya bersikap tidak percaya diri, pendiam atau harga diri kurang.
c) Perkembangan pada fungsi seks pada masa ini dapa meimbulkan kebungunan remaja untuk memahaminya, sehingga sering terjadi salah tingkah dan perilaku yang menetang norma. Pandangannya terhadap sebaya lain jenis kelamain dapat menimbulkan kesulitan dalam pergaulan. Bagi remaja laki-laki dan berperilaku “menentang norma” ndan bagi bramaja perempuan akan berpeilaku” mengurung diri” atau menjauhi pergaulan dengan senaya lain jenis.
d) Dalam memasuki kehiduoan bermasyarakat, remaja yang terlalu mendambakan kemandirian dalam arti menilai dirinya cukup mampu untuk mengatasi problema kehidupan kebanyakam akan menghadapi berbagai masalah, terutama masalah penyesuaian emosional.
e) Harapan-harapan untuk dapat berdiri sendir untuk hidup mandiri secara social ekonomis, akan berkaitan dengan berbagai masalah untuk menetapkan pilihan jenis pekerjaan dan jenis pendidikan. Penyesuaian sosial merupakan salah satu yang sangat sulit dihadapi oleh remaja. Mereka bukan saja haru menghadapi satu arah kehidupan, yaitu keagamaan norma dalam kehidupan bersama dalam masyarakat, tetapi juga norma baru dalam kehidupan sebay remaja dan kuatnya pengaruh kelompok sebaya.
f) Berbagai norma dan nilai yuan gberlaku di dalam hidup bermasyarakat merupakan masalah tersendiri bagi remaja; sedang dipihak remaja merasa memiliki nilai dan norma kehidupannya yang dirasa lebih sesuai. Dalam hal ini pera remaja menghadapi perbedaan nilai dan norma kehidupan. Menghadapi perbedaan norma ini merupakan kesulitan tersendiri bagi kehidupan remaja.

B. Pemenuhan Kebutuhan Remaja Dan Implikasinya Dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Pemenuhan kebutuhan fisik atau organik merupakan tugas pokok. Kebutuhan ini harus dipenuhi, karena hal ini merupaka kebutuhan untuk mempertahankan kabutuhannya agar tetap survival. Tidak berbeda dengan pemenuhan kebutuhan serupa dimasa perkembangan sebelumnya, kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, terutama ekonomi keluarga. Akibat tidak terpenuhinya kiebutuhan fisik ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan peribadi dan pengembangan psikososial seorang individu. Menghadapi kebutuhan ini latihan kebersihan, hidup teratur dan sehat sangat perlu ditanamkan oleh orang tua, ekolah dan lingkungan masyarakat kepada anak-anak dan para remaja. Realisasi hal ini di sekolah adalah pendidikan kesehatan, pendidikan jasmani dan pentignnya Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Khusus kebutuhan seksual, yang hal ini juga merupakan kebutuhan fisik remaja, usaha pemenuhannya harus mendapat perhatian khusus dari orang tua, terutama ibu. Sekalipun kebutuhan seksual merupakan bagian dari kebutuhan fisik, namun hal ini menyangkut faktor lain untuk diperhatikan dalam pemenuhannya. Orang tua harus cukup waspada dan secara dini menjelaskan dan memberikan pengerrtian arti dan fungsi kehidupan seksual bagi remaja (terutama perempuan) dan arti seksual dalam kehidupan secara luas. Dalam pemenuhan kebutuhan dan dorongan seksual pada remaja, dimana pada saat itu ia (mereka) telah menyadari akan adanya norma agama, sosial, dan hukum, remaja melakukannya secara diam-diam melalui aktivitas onani masturbasi. Karena itu pendidikan seks di sekolah dan terutama di dalam keluarga harus mendapatkan perhatian. Program bimbingan keluarga seperti bimbingan perkawinan, dan dilakukan ileh setiap organisasi ibu-ibu dan organisasi wanita pada umumnya.
Sekolah sekali-kali perlu mendatangkan ahli atau dokter untuka memberikan ceramah atau penjelasan tentenag masalah-masalah remaja,khusunya seeksual. Dismaping itu kegiatan kelompok seperti olahraga, karang tarauna, wisata karya, dan sebagainya yang dibimibing dan diawasi oleh guru adalah merupakan kegiatan yang dapat digunakan untuk penyaluran dorongan kebutuhan eksual para siswa yang sehat.

Bahasa Indonesia, Film Nasional, dan Generasi Bangsa

Bahasa Indonesia, Film Nasional, dan
Generasi Bangsa

(Makalah dalam Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Himpunan Pembina Bahasa Indonesia di Yogyakarta pada tanggal 16--18 Mei 2008)

Mahmud Jauhari Ali

Abstrak

====Pada kenyataannya hanya sebagian saja dari seluruh orang Indonesia yang peduli dengan hidup matinya bahasa Indonesia. Sebagiannya lagi memilih tidak peduli. Sebagai warga negara Indonesia, kita selayaknyalah peduli dengan kehidupan dan perkembangan bahasa dan sastra Indonesia. Dewasa ini, pemakaian bahasa Indonesia baik dalam kehidupan nyata maupun dalam dunia film mulai bergeser digantikan dengan pemakaian bahasa anak remaja yang dikenal dengan bahasa gaul. Dengan memakai bahasa gaul tersebut, pemakainya akan dikatakan sebagai orang kota yang modern dan bukan orang daerah yang kurang modern. Anggapan seperti ini jelas salah karena bahasa gaul tersebut sebenarnya sangat dekat dengan bahasa Betawi yang merupakan salah satu bahasa daerah di Indoensia. Antara bahasa Indonesia dan bahasa gaul tentunya lebih modern dan lebih maju bahasa Indonesia. Hal ini karena bahasa Indonesia merupakan bahasa tingkat nasional yang berasal dari bahasa-bahasa daerah di Indonesia dan bahasa asing.
=====Dunia film nasional di Indonesia juga tidak lepas dari pemakaian bahasa gaul ini. Tidak jarang pemakaian bahasa gaul muncul dalam pembicaraan tokoh-tokoh dalam film nasional di Indonesia. Hal ini menjadi salah satu penyebab pemakaian bahasa gaul dalam masyarakat di Indonesia semakin luas karena para aktor dan aktris idola masyarakat yang memainkan peran dalam film-film nasional tersebut berbahasa gaul. Sebagian masyarakat terbukti menirukan bahasa gaul yang dipakai oleh para tokoh dalam film nasional yang mereka tonton. Sebagai film nasional seharusnya tidak memakai bahasa gaul dalam percakapan para tokohnya karena bahasa gaul bukanlah bahasa nasional. Bahasa yang dipakai dalam film nasional seharusnya juga bahasa nasional, yakni bahasa Indonesia.
=====Peniruan bahasa gaul oleh masyarakat luas di Indonesia tentu saja berdampak negatif terhadap pemakaian bahasa Indonesia secara baik dan benar pada saat ini dan pada masa yang akan datang. Saat ini sudah jelas bahwa di masyarakat kita terdapat pemakaian bahasa gaul dan parahnya lagi generasi muda Indonesia juga tidak lepas dari pemakaian bahasa gaul ini. Bahkan, para generasi muda inilah yang paling banyak memakai bahasa gaul daripada memakai bahasa Indonesia. Untuk menghindari pemakaian bahasa gaul yang sangat luas di masyarakat pada masa depan, perlu adanya usaha pada saat ini menanamkan dan menumbuhkembangkan pemahaman dan kecintaan dalam diri generasi bangsa terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional. Para orang tua, guru dan pemerintah sangat dituntut kinerja mereka dalam menanamkan dan menumbuhkembangkan pemahaman dan kecintaan anak-anak Indonesia terhadap bahasa Indonesia. Dengan demikian, pemakaian bahasa Indonesia secara baik dan benar pada saat ini dan pada masa depan dapat meningkat.

Kata Kunci: Bahasa, film nasional, interferensi, pergeseran, dan generasi bangsa


Pengantar
=====Tahukah Anda bahwa tahun 2008 disebut sebagai tahun bahasa Indonesia? Pada tahun 2008, bahasa Indonesia genap berusia delapan puluh tahun. Karena itulah, tahun ini merupakan Tahun Bahasa Indonesia. Berbagai kegiatan pun mulai dipersiapkan untuk menyambutnya. Berbagai kegiatan tersebut akan dilaksanakan pada tahun ini guna memajukan dunia bahasa dan sastra Indonesia dan daerah di tanah air kita. Berbagai lomba mulai dari lomba baca puisi sampai kompetisi membuat laman atau website bertemakan bahasa dan sastra Indonesia dan daerah akan digelar. Begitu pula seminar bahasa dan sastra, termasuk Seminar Nasional XVI Bahasa dan Sastra Himpunan Pembina Bahasa Indonesia juga diselenggarakan pada tahun ini, serta kegiatan lainnya pun juga akan digelar termasuk Kongres Bahasa Indonesia Tahun 2008.
=====Berdasarkan hal di atas, kita dapat megetahui bahwa semangat untuk memajukan bahasa dan sastra Indonesia dan daerah di tanah air ini masih sangat tinggi oleh sebagian orang Indonesia. Mengapa saya mengatakan sebagian dan bukannya seluruh orang Indoensia? Karena pada kenyataannya memang hanya sebagian saja dari seluruh orang Indonesia yang peduli dengan hidup matinya bahasa dan sastra Indonesia dan daerah. Sebagiannya lagi memilih tidak peduli. Sebagai warga negara Indonesia, kita selayaknyalah peduli dengan kehidupan dan perkembangan bahasa dan sastra Indonesia dan daerah.
=====Dewasa ini, pemakaian bahasa Indonesia baik dalam kehidupan nyata maupun fiksi mulai mengalami interferensi dan mulai bergeser digantikan dengan pemakaian bahasa gaul yang dekat dengan bahasa Betawi dengan beberapa perubahan kata baru berupa kata, seperti nyokap dan bokap, serta berupa singkatan-singakatan. Interferensi dan pergeseran ini dapat dimaklumi karena bahasa Betawi adalah bahasa asli Jakarta yang merupakan Daerah Khusus Ibukota negara Indonesia. Dengan memakai bahasa gaul tersebut, pemakainya akan dikatakan sebagai orang kota yang modern dan bukan orang daerah yang kurang modern. Anggapan seperti ini jelas salah karena bahasa gaul tersebut sangat dekat dengan bahasa Betawi yang merupakan salah satu bahasa daerah juga di Indoensia. Antara bahasa Indonesia dan bahasa gaul tentunya lebih modern dan lebih maju bahasa Indonesia. Hal ini karena bahasa Indonesia merupakan bahasa tingkat nasional yang berasal dari bahasa-bahasa daerah di Indonesia dan bahasa asing. Sebaliknya, bahasa gaul hanya merupakan bahasa tingkat daerah yang berasal dari bahasa Betawi.
=====Dahulu jika seseorang berkomunikasi dengan orang lain yang berbeda suku dengannya, ia akan menggunakan bahasa Indonesia. Akan tetapi, dewasa ini orang-orang yang berbeda suku jika berkomunikasi satu sama lain akan mengunakan bahasa gaul. Begitu pula dengan kasus interferensi, bahasa gaul kadang muncul dalam penggunaan bahasa Indonesia dalam situasi resmi. Seharusnya interferensi bahasa gaul dalam penggunaan bahasa Indonesia kita hindari karena hal itu tidak termasuk penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
Dunia film nasional di Indonesia juga tidak lepas dari pemakaian bahasa gaul ini. Tidak jarang pemakaian bahasa gaul muncul dalam pembicaraan tokoh-tokoh dalam film nasional di Indonesia. Hal ini menjadi salah satu penyebab pemakaian bahasa gaul dalam masyarakat di Indonesia semakin luas karena para aktor dan aktris idola masyarakat yang memainkan peran dalam film-film nasional tersebut berbahasa gaul. Sebagian masyarakat terbukti menirukan bahasa gaul yang dipakai oleh para tokoh dalam film nasional yang mereka tonton. Sebagai film nasional seharusnya tidak memakai bahasa gaul dalam percakapan para tokohnya karena bahasa gaul bukanlah bahasa nasional. Bahasa yang dipakai dalam film nasional seharusnya juga bahasa nasional, yakni bahasa Indonesia.
=====Peniruan bahasa gaul oleh masyarakat luas di Indonesia tentu saja berdampak negatif terhadap pemakaian bahasa Indonesia secara baik dan benar pada saat ini dan pada masa yang akan datang. Saat ini jelas di masyarakat sudah banyak adanya pemakaian bahasa gaul dan parahnya lagi generasi muda Indonesia juga tidak lepas dari pemakaian bahasa gaul ini. Bahkan, para generasi muda inilah yang paling banyak memakai bahasa gaul daripada memakai bahasa Indonesia. Untuk mengindari pemakaian bahasa gaul yang sangat luas di masyarakat pada masa depan, perlu adanya usaha pada saat ini menanamkan dan menumbuhkembangkan pemahaman dan kecintaan dalam diri generasi bangsa terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional. Para orang tua, guru dan pemrintah sangat dituntut kinerja mereka dalam menanamkan dan menumbuhkembangkan pemahaman dan kecintaan anak-anak Indonesia terhadap bahasa Indonesia. Dengan demikian, pemakaian bahasa Indonesia secara baik dan benar pada saat ini dan pada masa depan dapat meningkat.

Bahasa Indonesia dan Penggunaannya
=====“Kami, putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”, demikianlah bunyi alenia ketiga sumpah pemuda yang telah dirumuskan oleh para pemuda yang kemudian menjadi pendiri bangsa dan negara Indonesia. Bunyi alenia ketiga dalam ikrar sumpah pemuda itu jelas bahwa yang menjadi bahasa persatuan bangsa Indonesia adalah bahasa Indonesia. Kita sebagai bagian bangsa Indonesia sudah selayaknya menjunjung tinggi bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa Indonesia ialah bahasa yang terpenting dikawasan republik kita (Alwi, dkk, 2003:1). Dengan menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, berarti kita telah menjunjung tinggi bahasa persatuan seperti yang diikrarkan dalam sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Akan tetapi, dengan menjunjung tinggi bahasa Indonesia, tidak berarti kita melupakan bahasa daerah kita masing-masing. Kita tidak harus berbahasa Indonesia secara terus-menerus sepanjang hayat kita.
=====Dalam berbahasa Indonesia, kita harus memperhatikan golongan penutur dan jenis pemakaiannya. Ketika kita berada dalam situasi formal, seperti seminar kebahasaan, kita menggunakan bahasa Indonesia secara benar (bahasa Indonesia baku). Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku itulah yang merupakan bahasa yang benar (Alwi, dkk, 2003:20). Akan tetapi, jika kita berada di rumah atau di warung kopi yang orang-orangnya satu suku bangsa dengan kita, kita gunakan saja bahasa daerah kita. Penggunaan bahasa daerah merupakan usaha untuk mempertahankan bahasa daerah di tengah arus budaya modern. Hal ini sesuai dengan penjelasan pasal 36 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia”, tercantum dengan tegas, “Di daerah-daerah yang memunyai bahasa sendiri yang dipelihara oleh rakyatnya dengan baik-baik, bahasa-bahasa itu akan dihormati dan dipelihara juga oleh negara” dan “Bahasa-bahasa itu pun merupakan sebagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup”
=====Kita lebih baik baik berbahasa daerah daripada berbahasa gaul dalam situasi yang tidak resmi. Mengapa demikian? Karena dengan berbahasa daerah, kita sudah melestarikan bahasa daerah yang menjadi pemerkaya bahasa nasional dan sekaligus pemerkaya bangsa Indonesia. Sebaliknya, jika kita menggunakan bahasa gaul di daerah kita sendiri dengan orang-orang sebahasa daerah, kita tidak mencintai dan tidak melestarikan bahasa daerah sendiri. Kebiasaan menggunakan bahasa gaul akan membuat kita menggunakan sebagian kata bahasa gaul tersebut dalam penggunaan bahasa Indonesia baku. Dengan kata lain terjadi interferensi (pengacauan) bahasa gaul ke dalam pemakaian bahasa Indonesia baku. Kata yang sering muncul dari bahasa gaul dalam pemakaian bahasa Indonesia baku adalah, seperti kata nggak atau gak (bahasa gaul) yang seharusnya kata tidak (bahasa Indonesia). Hal ini harus kita hindari sejauh mungkin dalam kehidupan kita.
=====Jelas bahwa kita sebagai bagian bangsa Indonesia sepatutnyalah menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah secara baik dan benar. Artinya, kita menggunakan bahasa Indonesia dalam situasi formal, seperti dalam seminar bahasa dan sastra Indonesia atau dengan penutur yang tidak menguasai bahasa daerah kita dengan kaidah kebahasaan yang dibakukan dan kita menggunakan bahasa daerah dalam situasi nonformal dengan orang-orang yang menguasai bahasa daerah kita atau dalam situasi formal kedaerahan, seperti upacara adat secara benar menurut kaidah kebahasaan yang beraku di daerah kita masing-masing.
=====Bagaimana kita bisa menggunakan bahasa Indonesia secara benar? Banyak cara yang dapat kita lakukan agar kita menguasai bahasa Indonesia baku sehingga kita bisa berbahasa Indonesia secara benar. Cara-cara itu dapat kita kelompokkan menjadi dua, yakni melalui pendidikan formal (di sekolah dan perguruan tinggi), dan melalui kegiatan di luar pendidikan formal. Pembelajaran bahasa Indonesia melalui pendidikan formal di sekolah dan di perguruan tinggi harus ditambah dengan kegiatan di luar pendidikan formal. Kegiatan di luar pendidikan formal, misalnya membaca buku-buku kebahasaan bahasa Indonesia seperti buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia karangan Hasan Alwi, dkk terbitan Balai Pustaka, mencermati lema beserta deskripsi maknanya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, praktik-praktik berbahasa Indonesia dengan teman dalam kelompok belajar, dan juga menyimak sekaligus mengikuti tanya jawab dalam siaran Bahasa Indonesia di radio atau di televisi.

Inteferensi Bahasa Gaul dalam Penggunaan Bahasa Indonesia
=====Di masyarakat pada saat ini sering kita dengar percakapan orang-orang dengan menggunakan bahasa gaul. Bahasa gaul tidak hanya dipakai oleh para remaja, tetapi juga digunakan oleh orang-orang dewasa. Bahasa gaul dianggap lebih modern daripada bahasa Indonesia atau bahasa daerah. Penggunanya pun akan dikatakan sebagai orang yang modern. Hal ini dapat kita pahami karena bahasa gaul lahir dari masyarakat perkotaan yang modern sehingga penggunanya pun akan dikatakan sebagai orang kota yang modern. Padahal bahasa gaul sangat dekat dengan bahasa Betawi di Ibukota Negara Indonesia yang sebenarnya merupakan bahasa daerah juga. Bahasa gaul sangat kental dengan bahasa Betawi dengan beberapa perubahan kata baru berupa kata, seperti nyokap dan bokap, serta berupa singkatan-singakatan.
=====Bahasa gaul sebenarnya bukanlah bahasa yang dilarang penggunaannya. Jika kita kategorikan, bahasa gaul dapat kita kategorikan sebagai bahasa prokem yang termasuk ke dalam bahasa slang yang menambah khazanah kekayaan bahasa di Indonesia. Hal yang meyebabkan bahasa gaul dapat disebut sebagai masalah adalah jika bahasa gaul menggeser penggunaan bahasa Indonesia (sudah dijelaskan di atas) dan jika dipakai dalam penggunaan bahasa Indonesia atau yang sering kita sebut dengan inteferensi bahasa gaul ke dalam bahasa Indonesia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Alwi, 2005:438) interferensi adalah masuknya unsur serapan ke dalam bahasa lain yang bersifat melanggar kaidah gramatika bahasa yang menyerap. Interferensi bahasa gaul inilah yang harus kita hindari. Penyebab terjadinya interferensi ini salah satunya adalah seringnya bahasa gaul dipakai dalam kehidupan sehari-hari sedangkan bahasa Indonesia jarang digunakan. Kurangnya kompetensi berbahasa Indonesia juga dapat meyebabkan terjadinya interferesi bahasa gaul ke dalam bahasa Indonesia. Interferensi bahasa gaul ke dalam bahasa Indonesia yang paling sering terjadi adalah interferensi pada tataran morfem.
=====Interferensi pada tataran morfem ini dapat terjadi pada morfem terikat dan mofem bebas. Morfem terikat yang penulis maksud adalah seperti afiks atau imbuhan dan yang termasuk morfem bebas berupa kata yang dapat berdiri sendiri. Interferensi pada morfem terikat dapat kita lihat seperti dalam pengimbuhan sufiks –in yang merupakan sufiks bahasa gaul pada bentuk dasar laku yang merupakan kata dasar bahasa Indonesia sehingga menjadi kata turunan lakuin. Masuknya unsur morfem terikat berupa sufiks –in ini merupakan bentuk interferensi bahasa gaul dalam penggunaan bahasa Indonesia pada tataran morfem terikat. Seharusnya kata itu menjadi melakukan dan bukan lakuin.
=====Pada tataran morfem bebas kata-kata bahasa gaul yang sering masuk ke dalam penggunaan bahasa Indonesia, seperti kata nggak atau gak, bikin, dan cuman. Kata-kata itu muncul dalam kalimat, seperti Kamu sedang bikin apa? dan Aku gak pernah mencuri. Penggunaan bahasa gaul dalam bahasa Indonesia ini sebaiknya kita hindari karena membuat kita tidak menggunakan bahasa Indonesia secara benar dalam situasi resmi.

Film Nasional dan Pemakaian Bahasa Gaul di dalamnya
=====Usia perfilman nasional kita lebih kurang sudah 82 tahun sejak ditayangkannya film nasional pertama berjudul Loetoeng Kasaroeng pada tahun 1926 silam. Dunia perfliman di Indonesia mengalami pasang surut di Indoensia. Pada 1970, jumlah produksi mencapai 21 judul setahun, kemudian memuncak pada 1977 menjadi 124 (J.B. Kristanto, 2004). Pada awal tahun 2000-an perfilm nasional mulai bangkit kembali dengan berbagai tema yang membuat para penonton puas menikmati setiap alur ceritanya. Tema-tema tersebut mulai tema cinta, horor, relegius, hingga tema komedi dewasa yang dikemas sedemikian rupa untuk menarik minat masyarakat menonton beramai-ramai. Film-film nasional pada tahun 2000-an itu antara lain, Kudesak (2000), Pasir Berbisik (2001), dan Ayat-Ayat Cinta (2008). Akan tetapi, dalam hal ini penulis tidak membahas tema-tema film nasional tersebut. Dalam film nasional di Indonesia ada satu hal yang membuat penulis tertarik, yakni penggunaan bahasa oleh para pelaku yang diperankan para aktris dan aktor ternama di Indonesia. Sebagian besar para pelaku dalam film nasional di negera kita menggunakan bahasa Indonesia yang terinterferensi dengan bahasa gaul, bahkan ada pelaku dalam film nasional yang menggunakan bahasa gaul secara keseluruhan. Padahal bahasa dalam film nasional seharusnya juga menggunakan bahasa nasional, yakni bahasa Indonesia secara benar. Hal ini bukan berarti bahwa bahasa gaul dilarang penggunaannya di negara Indonesia. Bahasa gaul tetap boleh dipakai di negara kita sebagai pemerkaya khazanah bahasa. Akan tetapi, bahasa gaul yang dapat kita katakan sebagai bentuk slang itu harus dipakai dalam kelompok tertentu saja. Film nasional tidak hanya ditonton oleh kelompok remaja gaul, tetapi ditonton oleh semua lapisan masyarakat secara nasional. Melihat kenyataan ini, tentunya bahasa yang menjadi alat komunikasi semua lapisan masyarakat adalah bahasa nasional, yakni bahasa Indonesia.
=====Penggunaan bahasa Indoensia dalam film nasional bukanlah sebagai bentuk pengerdilan bangsa Indonesia. Ada sebagian orang Indonesia yang beranggapan bahwa jika hanya menggunakan bahasa Indonesia di negara kita, berarti merupakan bentuk pengerdilan bangsa Indonesia. Anggapan ini tentulah salah. Mengapa penulis katakan salah? Karena dengan menggunakan bahasa Indonesia, persatuan di negara kita akan semakin kuat sehingga keutuhan negara kita tetap dapat kita jaga bersama. Sebaliknya, jika bahasa gaul yang dipakai tentulah tidak semua warga negara Indonesia dapat memahaminya. Dengan demikian, kerekatan persatuan di negara kita akan berkurang. Jika sudah berkurang, suku-suku di negara Indoensia akan melepaskan diri dari negara Indoensia. Hal inilah yang akan membuat bangsa kita menjadi kerdil.
=====Pemakaian bahasa gaul dalam film nasional ini ternyata menjadi penyebab bahasa gaul semakin banyak dipakai oleh warga negara Indonesia. Dapat kita katakan bahwa film nasional menjadi media penyebar bahasa gaul di Indonesia. Hal ini karena para aktor dan aktris idola masyarakat yang memainkan peran dalam film-film nasional tersebut berbahasa gaul. Sebagian masyarakat terbukti menirukan bahasa gaul yang dipakai oleh para tokoh dalam film nasional yang mereka tonton. Sebagai film nasional seharusnya tidak memakai bahasa gaul dalam percakapan para tokohnya karena bahasa gaul bukanlah bahasa nasional. Hal itu bukanlah sesuatu yang menguntungkan bagi bangsa Indonesia karena dengan semakin luasnya penggunaan bahasa gaul tersebut, penggunaan bahasa Indonesia mengalami interferensi dari bahasa gaul dan pergeseran. Pergeseran yang penulis maksud adalah warga Indonesia bergeser dari penggunaan bahasa Indonesia ke penggunaan bahasa gaul. Padahal yang menjadi bahasa nasional di negara kita adalah bahasa Indonesia dan bukanlah bahasa gaul.
=====Dewasa ini pemakaian bahasa gaul dalam film nasional seakan-akan menjadi bahasa nasional di negara kita. Tentunya sebagai warga negara Indonesia yang baik, kita seharusnya tidak meniru penggunaan bahasa gaul tersebut dalam pergaulan kita di masyarakat, seperti di mal-mal yang kita kunjungi. Bahasa Indonesia haruslah kita utamakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Generasi Bangsa Indonesia
=====Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan sedang dalam proses pembangunan. Sebagai sebuah bangsa besar yang sedang membangun, Indonesia tentulah memerlukan generasi-generasi penerus yang andal di berbagai bidang untuk dapat mewujudkan masyarakat adil, makamur, dan merata. Untuk menjadikan generasi penerus bangsa ini sebagai sumber daya manusia yang andal dan tangguh diperlukan pendidikan bermutu di setiap daerah. Dalam hal pendidikan di Indonesia, kita lebih banyak mendapatkan pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu dengan bahasa Indonesia baku atau benar. Bahasa Indonesia baku bagi sebagian besar orang Indonesia merupakan bahasa kedua setelah menguasai bahasa pertama atau bahasa ibu. Walaupun sebagai bahasa kedua, bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Karena itu, para generasi bangsa kita harus mengusai bahasa Indonesia agar dapat memiliki banyak pengetahuan sehingga menjadi sumber daya manusia yang andal dan dapat membangun bangsa ini secara optimal. Mendapatkan pengetahuan tentulah bukan hanya dari jalur pendidikan di sekolah atau di perguruan tinggi, tetapi juga di masyarakat luas.
=====Dewasa ini begitu banyak informasi yang beredar di sekitar kita dari segala penjuru dunia yang sebagian besar dikemas dalam bahasa Indonesia baku. Mulai dari buku-buku pelajaran, surat kabar, hingga berita-berita di televisi, informasi tersebar di sekeliling kita. Jangan heran, jika kita tidak mengikuti perkembangan informasi, kita akan menjadi orang asing di masyarakat kita sendiri! Kita akan merasa tersisihkan dalam pergaulan jika kita tidak mau mengikuti pekembangan informasi yang tersebar di berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik. Penyebaran informasi, baik yang berupa peristiwa, ilmu, maupun penemuan-penemuan terbaru disajikan secara lisan dan tulisan. Secara lisan sering kita temui dalam media elektronik, seperti televisi dan radio. Informasi yang disampaikan secara tertulis dapat kita jumpai di media elektronik, seperti informasi di internet, dan juga di media cetak, seperti surat kabar, majalah, dan buku-buku.
=====Kenyataan ini mengharuskan para generasi penerus bangsa Indonesia menguasai bahasa Indonesia baku. Bahasa Indonesia baku adalah bahasa Indonesia yang benar secara kaidah kebahasaan di Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa bahasa Indonesia sangat penting dalam membentuk generasi bangsa yang cerdas dan kompetitif. Dengan terbentuknya generasi cerdas dan kompetitif, bangsa Indonesia akan mudah dalam proses pembangunan yang hingga saat ini masih digalakkan di berbagai bidang kehidupan. Karena itulah, para generasi penerus bangsa ini harus mendapatkan pemahaman betapa pentingnya penggunaan bahasa Indonesia terhadap kemajuan bangsa Indonesia. Dengan pemahaman tersebut, generasi penerus bangsa ini dengan sendiri juga akan menjaga dan melestarikan bahasa Indonesia dalam rangka mewujudkan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang maju dan makmur secara merata di berbagai bidang kehidupan.

Hal-Hal yang Perlu Dilakukan
=====Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh sebagian masyarakat Indonesia modern, perlu adanya tindakan nyata dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Berkaitan dengan pemakaian bahasa gaul dalam dunia nyata dan fiksi yang menyebabkan interferesi ke dalam bahasa Indonesia dan pergeseran bahasa Indonesia tersebut di atas, ada hal-hal yang perlu dilakukan.
=====Pertama, menyadarkan masyarakat Indonesia terutama para generasi penerus bangsa ini bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus kita utamakan penggunaannya. Dengan demikian, mereka lebih mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar daripada bahasa gaul. Penyadaran ini dapat dilakukan oleh para orang tua di rumah kepada anak-anak mereka. Dapat pula dilakukan oleh para guru kepada para siswa mereka. Selain itu, pihak pemerintah dapat bertindak secara bijak dalam menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia di negara kita. Sebagai contoh, pemerintah menerbitkan Undang-Undang Kebahasaan.
=====Kedua, menanamkan semangat persatuan dan kesatuan dalam diri generasi bangsa dan juga masyarakat luas untuk memperkukuh bangsa Indonesia dengan penggunaan bahasa Indonesia. Sebagaimana kita ketahui bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang dapat kita gunakan untuk merekatkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Dengan menanamkan semangat tersebut, masyarakat Indonesia akan lebih mengutamakan bahasa Indonesia daripada menggunakan bahasa gaul. Cara menanamkannya dapat dilakukan di rumah, sekolah, dan di masyarakat.
=====Ketiga, pemerintah Indonesia harus menekankan penggunaan bahasa Indonesia dalam film-film produksi Indonesia. Dengan penggunaan bahasa Indonesia secara benar oleh para pelaku dalam film nasional yang diperankan aktor dan aktris idola masyarakat, masyarakat luas juga akan mengunakan bahasa Indonesia seperti para idola mereka tersebut.
Keempat, meningkatkan pengajaran bahasa Indonesia di sekolah dan di perguruan tinggi. Para siswa dan mahasiswa dapat diberikan tugas praktik berbahasa Indonesia dalam bentuk dialog dan monolog pada kegiatan bermain drama, dalam bentuk diskusi kelompok, penulisan artikel dan makalah, dan juga dalam bentuk penulisan sastra seperti cerita pendek dan puisi. Dengan praktik-praktik berbahasa Indonesia tersebut, dapat mengembangkan kreativitas berbahasa Indonesia mereka dan juga dapat membiasakan mereka berbahasa Indonesia secar baik dan benar.

Penutup
=====Dewasa ini bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa dalam pengantar dunia pedidikan pada sejumlah pemakaiannya mulai terinterferensi dengan bahasa gaul. Bahkan, penggunaan bahasa Indonesia mulai mengalami pergeseran oleh bahasa gaul yang digunakan sebagian masyarakat Indonesia sendiri. Penggunaan bahasa gaul tidak hanya dalam kehidupan nyata, tetapi juga dalam kehidupan fiktif seperti dalam dialog dan monolog para pelaku film nasional di negara Indonesia. Sebagian masyarakat Indonesia yang paling gemar berbahasa gaul adalah para generasi muda bangsa kita. Kenyataan tersebut harus segera diatasi mengingat betapa pentingnya bahasa Indoensia bagi bangsa Indonesia.
Sebagai warga Indonesia yang baik, kita seharusnya dapat menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Bahasa gaul memang bukanlah bahasa yang dilarang penggunaannya, tetapi kita harus ingat bahwa bahasa gaul dipakai dalam kelompok tertentu saja. Kita sebaiknya tidak menggunakan bahasa gaul di luar kapasitasnya. Dengan demikian, terciptalah penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa gaul yang terpisah atau tidak ada interferensi bahasa gaul ke dalam bahasa Indonesia dan tidak ada pergeseran penggunaan bahasa Indonesia oleh penggunaan bahasa gaul.

Daftar Buku Bacaan
Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Alwi, Hasan, dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arifin, E. Zainal. 1989. Penulisan Karangan Ilmiah dengan Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Rineka Cipta.
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2002. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Charli, Lie. 1999. Bahasa Indonesia yang Baik dan Gimana Gitu….Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Kristanto, J.B. 2004. Nonton Film Nonton Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Musaba, Zulkifli. 1994. Terampil Menulis dalam Bahasa Indonesia yang Benar. Surabaya: Sarjana Indonesia.
Panitia Pengembanagan Bahasa Indonesia. 1999. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Gramedia =====Widiasarana Indonesia.
Ramlan, M. 2001. Sintaksis. Yogyakarta: Karyono.
Sami, M. Atar. 1990. Menulis Efektif. Padang: Angkasa.
Sugono, Dendy. Dkk. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
Tim Penyusun. 2007. Amandemen Undang-Undang Dasar 1945. Yogyakarta: Pustaka Yustisia.
Diposkan oleh www.mahmud-bahasasastra.blogspot.com di 00:38

Senin, 02 Januari 2012

di pergantian tahun antara gerimis dan nyala kembang api
gagap gempita dalam mendungnya suasana hati
seluruh kota bagai dalam kubur nan ramai
tapi tetap hingar oleh remaja
mereka yang menunggu detik tahun berganti