Kamis, 26 April 2012
Minggu, 22 April 2012
Pemberianmu
Beri aku arti, walau jarak menghalangi wangimu
menghampiri
Beri aku rasa, dalam hampa aku merasa kembali
bahagia
Beri aku ikatan, agar jurang menjadi tak berarti
walau aku sendiri
Dalam ikatan cinta, aku ingin mengukir kisahnya
hanya denganmu
22/04/2012
menghampiri
Beri aku rasa, dalam hampa aku merasa kembali
bahagia
Beri aku ikatan, agar jurang menjadi tak berarti
walau aku sendiri
Dalam ikatan cinta, aku ingin mengukir kisahnya
hanya denganmu
22/04/2012
Sabtu, 14 April 2012
Rangkuman Tugas Mata Kuliah Sintaksis
4.2.2 Penyusunan Frase verbal Subordiantif (FVS)
Frase verba Subordinatif dapat disusun dari Adv + V, V+Adv, V+N, dan V+A.
4.2.2.1 FVS yang berstruktur Adv+V bermakna gramatikal:
· Ingkar
· Frekuensi
· Waktu (kala)
· keinginan
· keselesaian
· keharusan
· kepastian
· pembatasan
Penyusunannya sebagai berikut:
a. FVS Adv+V bermakna gramatikal ‘ingkar’, unsur pertamanya adverbial bermakna ingkar dan keduanya berkategori Verba. Contoh:
· Tidak membayar
· Tidak menginap
· Tiada berdo’a
b. FVS Adv+V “Frekuensi’, unsur pertamanya adverbia bermakna frekuensi dan yang kedua berkategoro verba. Contoh:
· Jarang mandi
· Sering muncul
· Biasa terlambat
c. FVS Adv+V ‘Kuantitas’, unsur pertamanya adverbia (+kuantitas) dan keduanya berkategori verba. Contoh:
· Banyak menulis
· Sedikit bicara
· Cukup bekerja
d. FVS Adv+V ‘waktu’, unsur pertamanya adverbia (+waktu ) dan keduanya berkategori verba. Contoh:
· Lagi makan
· Lagi mandi
· Mau menjual
e. FVS Adv+V ‘Keinginan’, unsur pertamanya adverbia (+ingin ) dan keduanya berkategori verba. Contoh:
· Mau mandi
· Ingin makan
· Mau menjual
f. FVS Adv+V ‘keselesaian’, unsur pertamanya adverbia (+keselesaian) dan keduanya berkategori verba. Contoh:
· sudah hadir
· tengah makan
· sedang bertamu
g. FVS Adv+V ‘Keharusan’, unsur pertamanya adverbia (+keharusan ) dan keduanya berkategori verba. Contoh:
· Harus pergi
· Harus pulang
· Harus hadir
h. FVS Adv+V ‘Kepastian’, unsur pertamanya adverbia (+kepastian) dan keduanya berkategori verba. Contoh:
· Pasti hadir
· Tentu datang
· Mungkin terlambat
i. FVS Adv+V ‘pembatasan’, unsur pertamanya adverbia (+pembatasan) dan keduanya berkategori verba. Contoh:
· Hanya minum
· Cuma nonton
· Hanya bergurau
4.2.2.2 FVS yang berstruktur V+Adv memiliki makna gramatikal berulang dan ikut serta
a. FVS Adv+Adv ‘Berulang’, unsur pertamanya Verba dan keduanya berkategori adverbia (+berulang). Contoh:
· Makan lagi
· Tidur lagi
· Berjuang lagi
b. FVS Adv+Adv ‘ikut serta’, unsur pertamanya Verba dan keduanya berkategori adverbia (+serta) atau (+ turut). Contoh:
· Makan pula
· Minum juga
· Naik pula
4.2.2.3 FVS yang berstruktur V+N memiliki makna gramatikal ‘alat’. Disusun bila unsur pertamanya berkategori verba berkomponen makna (+ tindakan) atau (+perbuatan) dan unsure kedua berkategori nomina bermakna (+alat). Contoh:
· Terjun payung
· Lempar lembing
· Lari gawang
4.2.3 FVS yang berstruktur V+A
FVS yang berstruktur V+A memiliki makna gramatikal ‘Keadaan’ atau ‘sifat’disusun bila unsur pertama berkategori verba berkomponen makna (+tindakan) / (+perbuatan), dan unsur kedua berajektifa berkomponen makna (keadaan) / (+sifat). Contoh:
· Makan tangan
· Mandi keringat
· Membanting tulang
4.2.4 Perluasan Frase Verbal
Perluasan verbal FVK atau FVS, dapat diperluas terutama pada unsure seblah kiri. Yaitu dengan Adv penyampai konsep makna ‘ingkar’, frekuensi’, ‘waktu’, ‘pembatasan’ dan lain-lain. Contoh:
· Tidak mau datang
· Sudah akan datang
· Tidak hanya makan
Jumat, 06 April 2012
Manajeman Keredaksian
Wajah Media Cermin Manajemen Redaksi
Redaksi perlu tata kelola demi mencapai hasil yang maksimal dan efektif.
Redaksi yang dikelola dengan baik menghasilkan produk yang berkualitas, standar terjaga, serta tanggap perkembangan.
Wujudnya berupa sajian berita yang tepat sasaran dan menarik pembaca, baik secara isi maupun penampilan.
Manajemen Struktural
Mengefektifkan fungsi masing-masing struktur dalam redaksi, yakni pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, koordinator liputan, redaktur senior, redaktur, asisten redaktur, dan wartawan. Juga memanfaatkan secara maksimal fungsi supporting redaksi, seperti artis grafis, layout person, dan copy editor. Memanfaatkan potensi besar pasokan berita dan foto dari JPNN.
Setia Fungsi Masing-Masing
Pemimpin redaksi mengarahkan policy pemberitaan, menjaga kualitas dan standar, serta memanajemeni waktu (deadline).
Redaktur pelaksana menerjemahkan policy besar redaksi ke dalam kebijakan masing-masing kompartemen, memberi ide segar, serta menjaga standar kualitas.
Di Jawa Pos, redaktur pelaksana ada enam orang yang kurang lebih disertai sebagai supervisor kompartemen halaman. Fuad Ariyanto menyupervisi Metropolis, Leak Koestiya menyupervisi bidang perwajahan, Taufik Lamade halaman nasional dan olah raga, Tofan Mahdi untuk berita ekbis, Kurniawan Muhammad menyupervisi halaman Jatim, dan Iman Syafi’i mengelola biro Jakarta.
Setia Fungsi Masing-Masing (2)
Koordinator liputan menjamin berfungsinya semua lini redaksi untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Di Jawa Pos, KL berfungsi merekomendasi serta mengadministrasi penugasan wartawan dalam liputan besar (misal, ke luar negeri), juga rekrutmen. KL juga berdialog dengan jajaran pemasok berita JP, yakni Radar dan grup.
Redaktur menerjemahkan policy keredaksian di masing-masing halaman yang dipegangnya berdialog intensif dengan wartawan di lapangan.
Wartawan bertugas mengumpulkan data selengkap-lengkapnya untuk pemberitaan, serta menjaga koordinasi dengan redaktur. Wartawan selalu dianjurkan melaporkan peristiwa besar kepada redaktur saat masih di lapangan, sehingga bisa berita bisa dikembangkan oleh wartawan lain.
Rapat Itu Penting
Proses produksi berita bisa dimulai kontak personal antara redaktur dan wartawan atau antar-redaktur untuk mengelola berita. Meski begitu, rapat bersama tetap penting. Sebagai tempat berbagi ide, rapat juga bisa menjadi “otak” perencanaan. Yang tak kalah penting, rapat juga berfungsi mengontrol kualitas koran. Termasuk di sini, apabila ada indikasi berita yang menyimpang atau menyalahi etik dan hukum.
Semua Halaman Penting
Setiap halaman adalah penting dan harus digarap dengan kreatif dan semenarik mungkin.
Mutasi ke halaman lain harus dibiasakan dan tour of duty biasa.
Halaman etalase atau halaman dalam harus sama-sama kelas A.
Siang Rapat, Sore Rapat
Di Jawa Pos, rapat diadakan dua kali. Yakni, jam 11.00 siang oleh para redaktur kompartemen dan desk secara bergiliran. Yang kedua, juga oleh wakil redaktur tiap kompartemen dan desk, pukul 17.00 untuk bujeting berita, mengarahkan pemberitaan, atau koordinasi pemuatan.
Awas Salah Berantai!
Rapat memelototi detil koran, termasuk penempatan tanda baca. Mendiskusikan ide-ide pemberitaan, termasuk pengembangan peristiwa. Rapat menjaga, agar para redaktur terus waspada terhadap kemungkinan pemberitaan yang salah. Karena, berita yang salah bisa-bisa sudah diduplikasi di media-media Jawa Pos Group. Untuk meralat secara masal, rasanya, sulit. Jawa Pos akan menerapkan kode redaktur juga dicantumkan di akhir berita, setelah kode wartawan, untuk mempertegas tanggung jawab.
Software untuk Cek Berita
Untuk mempersempit kesalahan, Redaksi JP segera menerapkan software berupa check list tuk mengecek pemberitaan. Isinya berupa pertanyaan kepada wartawan, redaktur, dan copy editor. Sebelum mereka mengklik ’’ya’’ dalam check list itu, berita belum bisa dikirim.
Pertanyaan Software Check List
1. Pertanyaan untuk wartawan:
Apakah berita yang Anda tulis sudah:
Lengkap dan akurat?
Terkonfirmasi dan berimbang?
Dibaca ulang?
2. Pertanyaan untuk redaktur:
Apakah berita yang Anda edit sudah:
Layak, lengkap, dan akurat?
Terkonfirmasi dan berimbang?
Memperhitungkan etik dan risiko hukum?
3. Pertanyaan untuk copy editor:
Apakah berita yang Anda edit sudah:
Tak ada salah tulis?
Tidak ada salah eja, termasuk istilah asing?
Benar dan logis secara struktur kalimat?
Mematuhi Etik Demi Kita Sendiri
Banyak diskusi serius yang pernah dilakukan di Jawa Pos dalam rapat tentang etik, misalnya: Soal cover both sides (apakah harus sama porsinya). Penulisan nama tersangka (siapa yang layak dinisial dan tidak) Bagaimana pemuatan foto anak-anak yang terjebak dalam peristiwa buruk (orang tuanya penjahat, hasil hubungan gelap, hasil pemerkosaan), misal kasus anak-anak TKI. Teknik memberitakan tersangka ditembak polisi (yakinkah polisi bisa menembak tepat saat tersangka lari?). Tradisi menulis “Orde Baru” yang masih tersisa, misal Kapolsek mendampingi Kapolres (padahal tidak).
Penilaian dalam Rapat
Rapat berfungsi sebagai penularan antar-redaktur, agar kemampuan mereka makin standar. Rapat juga berfungsi sebagai penilaian dan evaluasi halaman. Lebih nyaman menilai diri sendiri daripada dinilai oleh atasan.
Penilaian menjadi dasar tunjangan profesi (TP) dan penilaian prestasi tahunan. Kehadiran dalam rapat termasuk menjadi komponen penilaian TP, karena bisa menjadi indikator kepedulian pada produk.
Bila Berita Bermasalah
Redaktur atau wartawan akan berusaha sedapat mungkin persoalan pengaduan, protes, somasi, atau ancaman gugatan dengan cara berdialog langsung dengan orang yang bersangkutan. Bila tidak menemui titik temu akan dibicarakan dengan ombudsman untuk diteliti. Contoh, kasus Rizal. Laporan polisi atau pengadilan sedapat mungkin dihindarkan, karena akan merepotkan kedua belah pihak. Kasus Risang dan kasus gugatan M Amin sebagai contoh. Penjatuhan sanksi didasarkan atas rekomendasi ombudsman atau keputusan redaksi.
Redaksi perlu tata kelola demi mencapai hasil yang maksimal dan efektif.
Redaksi yang dikelola dengan baik menghasilkan produk yang berkualitas, standar terjaga, serta tanggap perkembangan.
Wujudnya berupa sajian berita yang tepat sasaran dan menarik pembaca, baik secara isi maupun penampilan.
Manajemen Struktural
Mengefektifkan fungsi masing-masing struktur dalam redaksi, yakni pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, koordinator liputan, redaktur senior, redaktur, asisten redaktur, dan wartawan. Juga memanfaatkan secara maksimal fungsi supporting redaksi, seperti artis grafis, layout person, dan copy editor. Memanfaatkan potensi besar pasokan berita dan foto dari JPNN.
Setia Fungsi Masing-Masing
Pemimpin redaksi mengarahkan policy pemberitaan, menjaga kualitas dan standar, serta memanajemeni waktu (deadline).
Redaktur pelaksana menerjemahkan policy besar redaksi ke dalam kebijakan masing-masing kompartemen, memberi ide segar, serta menjaga standar kualitas.
Di Jawa Pos, redaktur pelaksana ada enam orang yang kurang lebih disertai sebagai supervisor kompartemen halaman. Fuad Ariyanto menyupervisi Metropolis, Leak Koestiya menyupervisi bidang perwajahan, Taufik Lamade halaman nasional dan olah raga, Tofan Mahdi untuk berita ekbis, Kurniawan Muhammad menyupervisi halaman Jatim, dan Iman Syafi’i mengelola biro Jakarta.
Setia Fungsi Masing-Masing (2)
Koordinator liputan menjamin berfungsinya semua lini redaksi untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Di Jawa Pos, KL berfungsi merekomendasi serta mengadministrasi penugasan wartawan dalam liputan besar (misal, ke luar negeri), juga rekrutmen. KL juga berdialog dengan jajaran pemasok berita JP, yakni Radar dan grup.
Redaktur menerjemahkan policy keredaksian di masing-masing halaman yang dipegangnya berdialog intensif dengan wartawan di lapangan.
Wartawan bertugas mengumpulkan data selengkap-lengkapnya untuk pemberitaan, serta menjaga koordinasi dengan redaktur. Wartawan selalu dianjurkan melaporkan peristiwa besar kepada redaktur saat masih di lapangan, sehingga bisa berita bisa dikembangkan oleh wartawan lain.
Rapat Itu Penting
Proses produksi berita bisa dimulai kontak personal antara redaktur dan wartawan atau antar-redaktur untuk mengelola berita. Meski begitu, rapat bersama tetap penting. Sebagai tempat berbagi ide, rapat juga bisa menjadi “otak” perencanaan. Yang tak kalah penting, rapat juga berfungsi mengontrol kualitas koran. Termasuk di sini, apabila ada indikasi berita yang menyimpang atau menyalahi etik dan hukum.
Semua Halaman Penting
Setiap halaman adalah penting dan harus digarap dengan kreatif dan semenarik mungkin.
Mutasi ke halaman lain harus dibiasakan dan tour of duty biasa.
Halaman etalase atau halaman dalam harus sama-sama kelas A.
Siang Rapat, Sore Rapat
Di Jawa Pos, rapat diadakan dua kali. Yakni, jam 11.00 siang oleh para redaktur kompartemen dan desk secara bergiliran. Yang kedua, juga oleh wakil redaktur tiap kompartemen dan desk, pukul 17.00 untuk bujeting berita, mengarahkan pemberitaan, atau koordinasi pemuatan.
Awas Salah Berantai!
Rapat memelototi detil koran, termasuk penempatan tanda baca. Mendiskusikan ide-ide pemberitaan, termasuk pengembangan peristiwa. Rapat menjaga, agar para redaktur terus waspada terhadap kemungkinan pemberitaan yang salah. Karena, berita yang salah bisa-bisa sudah diduplikasi di media-media Jawa Pos Group. Untuk meralat secara masal, rasanya, sulit. Jawa Pos akan menerapkan kode redaktur juga dicantumkan di akhir berita, setelah kode wartawan, untuk mempertegas tanggung jawab.
Software untuk Cek Berita
Untuk mempersempit kesalahan, Redaksi JP segera menerapkan software berupa check list tuk mengecek pemberitaan. Isinya berupa pertanyaan kepada wartawan, redaktur, dan copy editor. Sebelum mereka mengklik ’’ya’’ dalam check list itu, berita belum bisa dikirim.
Pertanyaan Software Check List
1. Pertanyaan untuk wartawan:
Apakah berita yang Anda tulis sudah:
Lengkap dan akurat?
Terkonfirmasi dan berimbang?
Dibaca ulang?
2. Pertanyaan untuk redaktur:
Apakah berita yang Anda edit sudah:
Layak, lengkap, dan akurat?
Terkonfirmasi dan berimbang?
Memperhitungkan etik dan risiko hukum?
3. Pertanyaan untuk copy editor:
Apakah berita yang Anda edit sudah:
Tak ada salah tulis?
Tidak ada salah eja, termasuk istilah asing?
Benar dan logis secara struktur kalimat?
Mematuhi Etik Demi Kita Sendiri
Banyak diskusi serius yang pernah dilakukan di Jawa Pos dalam rapat tentang etik, misalnya: Soal cover both sides (apakah harus sama porsinya). Penulisan nama tersangka (siapa yang layak dinisial dan tidak) Bagaimana pemuatan foto anak-anak yang terjebak dalam peristiwa buruk (orang tuanya penjahat, hasil hubungan gelap, hasil pemerkosaan), misal kasus anak-anak TKI. Teknik memberitakan tersangka ditembak polisi (yakinkah polisi bisa menembak tepat saat tersangka lari?). Tradisi menulis “Orde Baru” yang masih tersisa, misal Kapolsek mendampingi Kapolres (padahal tidak).
Penilaian dalam Rapat
Rapat berfungsi sebagai penularan antar-redaktur, agar kemampuan mereka makin standar. Rapat juga berfungsi sebagai penilaian dan evaluasi halaman. Lebih nyaman menilai diri sendiri daripada dinilai oleh atasan.
Penilaian menjadi dasar tunjangan profesi (TP) dan penilaian prestasi tahunan. Kehadiran dalam rapat termasuk menjadi komponen penilaian TP, karena bisa menjadi indikator kepedulian pada produk.
Bila Berita Bermasalah
Redaktur atau wartawan akan berusaha sedapat mungkin persoalan pengaduan, protes, somasi, atau ancaman gugatan dengan cara berdialog langsung dengan orang yang bersangkutan. Bila tidak menemui titik temu akan dibicarakan dengan ombudsman untuk diteliti. Contoh, kasus Rizal. Laporan polisi atau pengadilan sedapat mungkin dihindarkan, karena akan merepotkan kedua belah pihak. Kasus Risang dan kasus gugatan M Amin sebagai contoh. Penjatuhan sanksi didasarkan atas rekomendasi ombudsman atau keputusan redaksi.
Sembilan Kunci Sikap Seorang Pemimpin
Etika adalah identik dengan sikap yang baik, sehingga mampu menempatkan sikap serta perbuatan agar tidak bertentangan dengan hukum dan norma-norma sosial, budaya yang ada dalam organisasi dan masyarakat.
Contoh nyata :a. bersikap dan bertutur kata yang santun terhadap siapapun]
b. tidak sombong dan tidak ingin menonjolkan diri
c. menghormati dan menghargai hasil karya orang lain
d. mau mendengan, memberikan kesempatan berpendapat kepada orang lain
e. mengutamakan kepentingan kelompok dibandingkan dengan kepentingan individu.
2.Team Work (Kerja Kelompok)
Seorang pemimpin harus mampu membimbing, mengarahkan, mengotrol serta mengkombinasikan semua unsur kekuatan yang ada dalam sebuah kelompok yang dipimpinnya, sehingga tercipta kerjasama yang selaras.
Contoh nyata :a. tidak mendominasi
b. memandu, menampung dan mengarahkan ketujuan kelompok
c. pengambilan keputusan secara obyektif berdasarkan azas dasar manfaat terbaik buat kelompoknya.
d. Keberhasilan adalah hasil dari kerjasama kelompok, bukan karena pemimpinnya siapa.3.Honesty (Kejujuran)
Kejujuran bukan kepolosan, melaikan adalah sikap berani terhadap kebenaran dan keadilan yang akan membawa manfaat bagi kepentingan individu, kelompok atupun lingkungannya.
Contoh nyata :a. Jujur tidak mengambil yang bukan haknya.
b. bersikap terbuka sesuai dengan porsi dan tempatnya yang bertindak untuk mengontrol dan untuk kebaikan.
c. tidak melakukan kecurangan atau memanipulasi data, informasi yang ada.4.Curiosity (Keingintahuan)
Keingintahuan seorang pemimpin mutlak hukumnya, sehingga suatu masalah dapat dikaji lebih detail, jelas, dan dapat diketahui dampak positif maupun negatifnya.
Contoh nyata :a. Ingin belajar dan tidak pernah merasa puas dengan pengetahuan/info yang sudah didapat.
b. Mengamati dan mengkaji penyebab kegagalan dan keberhasilan.
c. mengkaji sesuatu masalah yang dianggap tidak mungkin menjadi mungkin.
5.Hard Work (Bekerja Keras)
Bekerja keras dapat diartikan sebuah sikap pantang menyerah dan semangat tinggi untuk mencapai tujuan. Tanpa bekerja keras mustahil tujuan kita dapat tercapi dengan mudah, segala sesuatu yang kita kerjakan dengan kesungguhan akan menghasilkan sesuatu yang baik.
Contoh nyata :a. Pantang menyerah terhadap suatu permasalahan.
b. mampu membagi waktu
c. mempunyai sikap kompetisi yang positif
6.Intelegent/samart (Pintar dan Cerdas)
Kecerdasan adalah kemampuan pikiran dan emosi untuk merencanakan, mengatur, mengelola dan menganalisa secara tepat dan cermat dalam pencapaian tujuan.
Contoh nyata :a. Mengetahui kelemahan dan kekuatan kelompok.
b. Tepat dan cermat dalam menyikapi suatu perubahan.
c. Melakukan analisa masalah untuk menemukan solusi yang tepat dan cepat.
d. Tepat dan tepat untuk mengambil keputusan (tidak emosional, tidak tergesa-gesa)
7.Self Motivation (Motivasi diri)
Motivasi diri yang timbul dikarenakan alasan kepentingan dengan harapan dapat memberikan semangat kelompoknya untuk mencapai tujuan.
Contoh nyata :a. Memposisikan kelemahan diri kita menjadi sebuah kelebihan kita unutk lebih maju.
b. Orang lain bisa, kenapa kita tidak bisa !!
c. kebaikan akan menghasilkan hal yang baik pula
d. kegagalan adalah koenci keberhasilan.
e. kita semua ingin hidup kita lebih maju dan berkualitas.
8.Sense of Humor (Humoris)
Humoris adalah suatu kemampuan sikap individu dalam menciptakan suasana menjadi rileks, tenang, tidak tertekan sehingga kondisi lebih kondusif dalam kelompoknya untuk menghasilkan keputusan yang lebih berkualitas.
Contoh nyata ;a. Besikap supel, murah senyum dan tenang
b. Memberikan humor pada saat kondisi tegang menerpa kelompok.
9.Inisiatif dan kreatif
Inisiatif adalah suatu kemampuan individu dalam mengambil langkah yang baik dan terbaik. Sehingga kelompok yang dipimpinnya lebih maju. Sementara kreatif adalah suatu kemampuan untuk mengembangkan langkah sebagai alternatif solusi yang baik, sehingga kelompok yang dipimpinnya tidak pernah mengalami kebuntuan dalam memecahkan masalah.
Contoh nyata :a. Memberikan usulan yang positif bagi kelompoknya.
b. Memberikan ide-ide baru untuk memecahkan masalah
c. Berfikir positif.
d. Melihat sesuatu yang dianggap tidak bermanfaat oleh orang lain, justru sesuatu itu adalah sesuatu yang dapat berdampak positif bagi kelompoknya.
Mudah-mudahan 9 koenci diatas dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Salam Sukses Luar Biasa
Untuk Anda
Langganan:
Postingan (Atom)